Pertamina Tekan Emisi Karbon di Sektor Logistik, Ini Caranya!
- Dokumentasi PIS.
Jakarta – Pertamina melalui PT Pertamina International Shipping (PIS), menegaskan komitmen mereka dalam mendukung pengurangan emisi karbon. Seiring dengan peluncuran bursa karbon Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, hal itu dilakukan PIS sebagai kontribusi untuk ikut melawan krisis iklim yang saat ini tengah melanda dunia.
Dalam diskusi bertajuk ‘Decarbonize the Transport and Logistic Sectors’, Chief Executive Officer (CEO) PIS, Yoki Firnandi memastikan, pihaknya telah menyusun peta jalan (roadmap) bisnis yang sesuai dengan regulasi. Termasuk untuk mewujudkan target net-zero emission yang bakal dicapai oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2060 mendatang.
"Langkah nyata yang telah dilakukan antara lain adalah pemanfaatan kapal dual fuel atau berbahan bakar ganda, yang lebih ramah lingkungan," kata Yoki dalam keterangannya, Senin, 2 Oktober 2023.
Di samping itu, penerapan teknologi efisiensi energi pada armada dan aset-aset PIS juga menjadi upaya penting untuk menekan jejak karbon. Yoki menambahkan, PIS juga memiliki kapal gas yang bisa mengangkut kargo ammonia, dan juga kapal-kapal yang bisa mengangkut petrochemical dan kargo selain turunan migas.
"Ini adalah bukti PIS mengakomodir rantai pasok energi masa depan," ujarnya.
Yoki memaparkan, berdasarkan data yang diterbitkan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), industri shipping dunia berkontribusi hingga 3 persen dalam emisi karbon. Sementara, Organisasi Maritim Internasional atau International Maritime Organization (IMO), juga telah mengeluarkan peta jalan untuk pengurangan emisi karbon dunia.
"Targetnya adalah pengurangan emisi sebesar 30 persen di 2030, lalu bertahap menjadi 80 persen di 2040, dan nol emisi karbon di 2050," kata Yoki.
Setidaknya, lanjut Yoki, terdapat 4 tantangan dalam penurunan emisi di sektor logistik maritim. Pertama adalah soal ketersediaan teknologi, kedua terkait kesediaan konsumen menanggung biaya, lalu ketiga mengenai akses pendanaan atau mobilisasi finansial kepada pelaku industri.
"Dan tantangan yang terakhir adalah kepastian dan kejelasan regulasi," ujarnya.