Hilirisasi Mulai Berjalan, Ekspor RI ke China Kini Didominasi Olahan Nikel

Ilustrasi smelter nikel.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, ekspor Indonesia ke China kini didominasi oleh besi dan baja. Hal itu seiring dengan program hilirisasi Pemerintah.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, pada tahun-tahun sebelum adanya kebijakan hilirisasi, dominasi ekspor RI ke China adalah bahan bakar mineral dengan kode HS 27.

"Komoditas bahan bakar mineral HS 27 yang pada tahun-tahun sebelumnya mendominasi ekspor Indonesia ke Tiongkok, telah digeser oleh komoditas ekspor besi dan baja HS 72 terutama dalam 2 tahun terakhir," ungkap Amalia dalam konferensi pers, Jumat, 15 September 2023.

Ilustrasi Smelter nikel.

Photo :
  • vstory

Berdasarkan data paparannya, ekspor besi dan baja Indonesia ke China pada 2023 share-nya sebesar 28,58 persen. Kemudian bahan bakar mineral sebesar 26 persen, lemak dan minyak hewan/nabati 9,27 persen, nikel dan barang daripadanya 8,22 persen, serta pulp dan kayu 4,60 persen.

"Hal ini tentunya seiring dengan kebijakan hilirisasi dan pembangunan smelter pengolahan bijih nikel yang sejak tahun 2022 hingga Agustus 2023 ini. Komoditas nikel dan barang daripadanya kelompok HS 75 masuk dalam lima besar komoditas yang diekspor ke Tiongkok," jelasnya.

Amalia menjelaskan, pada tahun 2023 ini proporsi ekspor bijih logam terak dan abu sudah tidak lagi masuk ke dalam lima besar kontribusi ekspor RI ke China.

Kata Amalia, untuk pasar Amerika Serikat terdapat komoditas yang konsisten selalu masuk ke dalam lima besar ekspor non migas. Itu adalah kelompok pakaian dan aksesoris HS 61, dan bukan rajutan HS 62.

"Dilihat dari proporsi lima besar, struktur ekspor non migas Indonesia ke AS juga mengalami perubahan komposisi. Dalam periode 2022 hingga Agustus 2023 komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya yaitu HS 85, masuk dalam lima besar komoditas non migas utama yang di ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat," jelasnya.