Begini Komitmen para Pemimpin Negara ASEAN Bangun Ketahanan Pangan
Jakarta - Para pemimpin negara-negara ASEAN mendeklarasikan, komitmen bersama untuk membangun ketahanan pangan dan gizi di kawasan ASEAN. Hal itu dilakukan untuk menghadapi potensi adanya krisis pangan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, para menteri pertanian kawasan ASEAN melihat perlunya merespons tantangan global mulai dari pesatnya pertumbuhan populasi, pemulihan dampak pandemi COVID-I9 , ketegangan geopolitik, dan peningkatan intensitas perubahan iklim.
"Sesuai dengan kesepakatan dengan seluruh Negara ASEAN, deklarasi ini menitikberatkan pada dua strategi penanganan krisis pangan," kata Syahrul dalam keterangannya dikutip Kamis, 7 September 2023.
Syahrul menjelaskan, untuk strategi pertama adalah aksi cepat ASEAN dalam menghadapi krisis pangan dan gizi. Kedua, meningkatkan kesiapsiagaan ASEAN dalam mengantisipasi krisis pangan di masa datang melalui penguatan ketangguhan (resilience) dan keberlanjutan (sustainability) sistem pertanian dan pangan.
“Strategi aksi cepat ketahanan pangan dan gizi dalam merespons krisis, akan dilakukan melalui beberapa langkah. Salah satunya dengan mendorong setiap negara anggota ASEAN untuk memperkuat cadangan pangan berbasis sumber daya lokal (Local Resource-based Food Reserve/LRBFR) sebagai fondasi untuk membangun Cadangan Pangan Bersama di wilayah ASEAN yang didedikasikan bagi Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat,” jelasnya.
Pada pertemuan The 45th ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) Meeting bulan Oktober 2023 mendatang, seluruh negara ASEAN sepakat untuk mulai melakukan pembahasan secara komprehensif rencana aksi konkrit. membangun LRBFR ini.
“Perlu adanya peningkatan pasokan pangan guna menjamin ketersediaan pangan yang memadai, terjangkau, dan bergizi khususnya bagi kelompok masyarakat yang paling rentan di ASEAN. Selain itu, kami akan menguatkan program bantuan pangan darurat dan mekanisme pelepasan cadangan beras darurat di bawah kerangka ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserves (APTERR),” jelas Syahrul.
Untuk mendukung hal tersebut, selain menjamin kelancaran perdagangan dan arus produk pangan dan pertanian. Strategi-strategi dalam memperkuat produktivitas sistem pertanian dan pangan akan dilakukan melalui ketersediaan dan keterjangkauan input-input pertanian seperti benih dan pupuk dan fasilitas logistik seperti cold chain akan terus diperkuat.
Para anggota AMAF sendiri jelasnya, telah sepakat untuk menyusun rencana aksi ASEAN Regional Guideline on Sustainable Agriculture sebagai panduan implementasi panduan pertanian berkelanjutan di masing-masing negara ASEAN.
“Fasilitasi akses pembiayaan bagi petani skala kecil, pasokan pupuk yang memadai, dan investasi yang ditujukan untuk ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim dan pertanian berkelanjutan juga akan terus ditingkatkan,” tegasnya.