Kemenperin Beberkan Dampak Hilirisasi Nikel ke Ekonomi Indonesia
- Istimewa
Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, program hilirisasi sumber daya alam telah menghasilkan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya menambah pemasukan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, berdasarkan data Kemenperin terdapat 34 smelter yang sudah beroperasi dan 17 smelter sedang dalam konstruksi.
"Investasi yang telah tertanam di Indonesia sebesar US$11 miliar atau sekitar Rp 165 triliun untuk smelter Pyrometalurgi, serta sebesar US$2,8 miliar atau mendekati Rp 40 triliun untuk tiga smelter Hydrometalurgi yang akan memproduksi MHP (Mix Hydro Precipitate) sebagai bahan baku baterai," kata Febri dalam keterangannya, Senin, 14 Agustus 2023.
Febri mengatakan, selama adanya smelter itu telah mempekerjakan sekitar 120 ribu orang tenaga kerja. Dilihat dari lokasi, smelter tersebar di berbagai provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, serta Banten.
“Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut dengan meningkatnya PDRB di daerah lokasi Smelter berada,” jelas dia.
Febri menuturkan, berdasarkan hitungan Kemenperin nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat, jika diproses di dalam negeri atau menghilirkan proses barang mentah.
Febri menyampaikan, apabila nilai nikel ore mentah dihargai US$30/ton, ketika menjadi Nikel Pig Iron (NPI) harganya akan naik 3,3 kali mencapai US$90/ton. Sedangkan bila menjadi Feronikel, akan naik 6,76 kali atau setara US$203/ton.
Menurutnya, ketika hilirisasi berlanjut dengan menghasilkan Nikel Matte, maka nilai tambahnya juga akan naik menjadi 43,9 kali atau US$3.117/ton.
“Apalagi, jika ada ada pabrik baterai yang mengubah ore menjadi LiNiMnCo, maka nilai tambahnya bisa mencapai 642 kali lipat,” jelasnya.
Dia menyatakan, dengan hal itu maka akan menambah pemasukan PNBP dan pajak-pajak lain yang nilainya triliunan rupiah. Sehingga dengan itu jelas dia, sudah terbukti jika Indonesia mengekspor bahan mentah, angkanya Rp 17 Triliun, dibandingkan dengan ekspor produk hasil hilirisasi nikel yang mencapai Rp 510 Triliun.
"Sehingga penerimaan negara dari pajak akan jauh lebih meningkat," ujarnya.