Jasa Armada Indonesia Bidik Potensi Bisnis dari 'Booming' Nikel, Dirut Ungkap Peluangnya

Aktivitas pertambangan di Maluku Utara yang melakukan ekspor bijih nikel.
Sumber :
  • ANTARA Foto/Abdul Fatah

VIVA Bisnis – PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) berambisi mengembangkan potensi bisnis di Indonesia Timur, salah satunya yakni pada bidang usaha terkait angkutan kapal bagi komoditas nikel.

Direktur Utama IPCM, Shanti Puruhita menuturkan, langkah tersebut dibidik pihaknya demi melihat tingginya minat sektor pertambangan saat ini, termasuk untuk komoditas nikel.

"Kami kejar tambang-tambang yang ada di sekitar wilayah Indonesia. Karena untuk mengeluarkan barang lewat kapal itu mereka harus tetap pakai layanan kapal tunda dan pandu," kata Shanti dalam media gathering di kawasan Kuta, Bali, Jumat, 26 Mei 2023.

Direktur Utama PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM), Shanti Puruhita, dalam media gathering di kawasan Kuta, Bal.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Dia menambahkan, selain melirik potensi dari bisnis nikel, IPCM juga melirik Badan Usaha Pelabuhan (BUP) melalui berbagai kerja sama pihak lain.

Apalagi, sebelumnya IPCM sendiri juga telah menandatangani perpanjangan kerja sama dengan PT Krakatau Bandar Samudera, bersama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 2 Banten.

"Pastinya ada (rencana kerja sama dengan pihak lain). Beberapa dalam proses, dan proses pengajuan BUP pelimpahan baru. Tahun ini tambah satu BUP pelimpahan baru di JAI (Jakarta Armada Indonesia)," ujarnya.

Diketahui, sebelumnya IPCM juga melaporkan perolehan laba bersih di kuartal I-2023 yang mencapai sebesar Rp 47,1 miliar, atau naik sebesar 25,1 persen dari Rp 37,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

"Sedangkan, total aset IPCM meningkat 6 persen menjadi Rp 1,6 triliun pada akhir kuartal I-2023," ujar Shanti.

Dia menjelaskan, kenaikan laba IPCM itu ditopang oleh meningkatnya pendapatan menjadi Rp 291,6 miliar, atau tumbuh 36,8 persen dibanding tahun lalu yang hanya sebesar Rp 213,0 miliar. Kontribusi terbesar pendapatan diperoleh dari jasa penundaan kapal (towage) sebesar Rp 221,6 miliar, atau 76 persen dari total pendapatan, diikuti oleh jasa pengangkutan lainnya sebanyak Rp 41,6 miliar atau 14,3 persen.

Sementara jasa pemanduan (pilotage) dan pengelolaan kapal masing-masing tercatat sebesar Rp 14,9 miliar dan Rp 13,5 miliar  dengan kontribusi masing-masing yakni 5,1 persen dan 4,6 persen dari total pendapatan