Harga Mobil Listrik di Dunia Turun, Faisal Basri: di RI Lebih Mahal dari Konvensional

Ilustrasi pengisian baterai mobil listrik.
Sumber :
  • Paultan

VIVA Bisnis – Ekonom Senior Indef, Faisal Basri mengatakan, di banyak negara harga mobil atau kendaraan listrik terus mengalami penurunan. Itu disebut karena teknologi 'renewable energi' atau energi terbarukan sudah sedemikian sangat berkembang.

Apalagi, sebagai komponen yang sangat penting dalam menentukan harga mobil-mobil listrik tersebut, harga baterai pun juga terus mengalami penurunan.

"Faktanya, yang turunnya paling tajam adalah kendaraan listrik yang menggunakan energi baru terbarukan (EBT) seperti solar energy, energi angin, dan sebagainya," kata Faisal dalam diskusi 'Subsidi Mobil Listrik: Insentif untuk yang Berdaya Beli?', Minggu, 21 Mei 2023.

Ekonom Senior Indef, Faisal Basri.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Karenanya, Faisal mengaku heran kenapa harga mobil listrik di Tanah Air justru lebih mahal dibandingkan harga mobil konvensional.

"Pertanyaannya, kok di Indonesia harga mobil listrik mahal betul, bahkan lebih mahal dari mobil konvensional?" ujarnya.

Padahal, Faisal menjelaskan bahwa jika dibandingkan secara kapasitas CC dan ukurannya, harga mobil listrik di Indonesia seharusnya tidak lebih mahal dibandingkan dengan mobil konvensional.

"Misalnya Wuling dibandingkan dengan mobil konvensional yang setara dengannya, kok Wuling bisa lebih mahal? Karena mobil listrik pada umumnya di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan negara lain di dunia," kata Faisal.

Karena itu, lanjut Faisal, apabila mau menurunkan harga mobil listrik di Tanah Air, maka juga harus melihat adakah kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang diskriminatif terhadap pengembangan industri mobil listrik tersebut. 

Sehingga, kebijakan-kebijakan yang dinilai diskriminatif itulah yang justru bisa membuat harga mobil listrik di Indonesia bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga mobil konvensional.

"Nah, hal itulah yang harus dibasmi. Jadi misalnya mobil listrik itu bahan bakunya atau komponennya, kalau masuk Indonesia kan dikenakan bea masuk, nah itu kan tidak benar. Atau Bea Masuknya lebih besar dari komponen mobil konvensional," ujarnya.