Resesi Global di Depan Mata, Ini Sektor Usaha yang Dinilai Mampu Bertahan
- ANTARA/M Agung Rajasa
VIVA Bisnis – Beberapa lembaga dunia memperkirakan tahun 2023 ini akan menjadi tahun resesi di sejumlah negara. Bahkan, Bank Dunia baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 1,7 persen pada 2023.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, ada beberapa sektor yang akan bertahan dan sektor yang akan terdampak.
"Sektor yang dapat bertahan (adalah) makanan minuman karena kebutuhan dasar. Kemudian sektor rekreasi, perhotelan dan transportasi penunjang pariwisata sejalan dengan naiknya minat masyarakat melakukan perjalanan pasca pencabutan PPKM," ujar Bhima saat dihubungi VIVA Rabu, 11 Januari 2023.
Bhima melanjutkan, untuk jasa telekomunikasi juga diperkirakan masih akan tumbuh, meskipun pertumbuhan itu melambat dibandingkan puncak pandemi COVID-19. Selain itu, bisnis skincare dan perawatan tubuh diprediksi ikut naik selama fase resesi.
"Ada teori lipstick effect di mana saat resesi, perempuan akan membelanjakan perawatan tubuh lebih banyak sebagai hiburan yang terjangkau," jelasnya.
Sedangkan untuk sektor yang terdampak resesi di antaranya, jasa konstruksi, jasa keuangan, hingga perlengkapan rumah.
"Sektor usaha yang terdampak yakni jasa konstruksi, jasa keuangan, industri berorientasi ekspor termasuk pakaian jadi dan alas kaki, dan furniture," ujarnya.
Indonesia Tidak Ikut Alami Resesi
Sementara itu, Ekonom Segera Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa Indonesia pada 2023 tidak akan mengalami resesi. Karena ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan masih tetap tumbuh.
"Indonesia diyakini menjadi salah satu dari beberapa negara yang akan tumbuh positif di tahun 2023," ujarnya.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan 4,8 persen pada 2023 oleh Asian Development Bank (ADB). Angka itu tercatat turun dari proyeksi awal sebesar 5,4 persen, yang kemudian kembali dikoreksi menjadi 5 persen.