Grab Kencangkan Ikat Pinggang Hadapi Ketidakpastian 2023
- Mime Asia
VIVA Bisnis – Perusahaan transportasi dan pengiriman makanan terbesar di Asia Tenggara, Grab, melakukan sejumlah pemotongan biaya sebagai upaya untuk menghadapi kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian di tahun 2023 mendatang.
Dilansir dari Reuters, CEO Anthony Tan melalui memo yang disebarkan dan telah dikonfirmasi juru bicara perusahaan mengatakan, perusahaan asal Singapura itu memang telah membekukan gaji karyawan di sejumlah level jabatan.
"Langkah-langkah tersebut termasuk pembekuan sebagian besar perekrutan, pembekuan gaji untuk manajer senior, dan pemotongan anggaran perjalanan serta pengeluaran," kata isi memo yang disebut-sebut ditulis Anthony Tan, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis 15 Desember 2022.
Dalam beberapa waktu terakhir, Grab diketahui telah mencoba membendung kerugian dengan menutup beberapa unit bisnis pada tahun 2022 ini, dan mengurangi pengeluaran untuk insentif.
Langkah terbaru menggarisbawahi perihal sejauh mana Grab bersiap menghadapi kondisi yang lebih sulit, di tahun 2023 mendatang. Pada usia satu dekade dan beroperasional di 8 negara Asia Tenggara, Grab tercatat memiliki sekitar 8.800 staf pada akhir tahun lalu.
Bulan lalu, Grab menaikkan perkiraan pendapatan 2022, melaporkan kerugian operasi yang disesuaikan lebih kecil, dan mengatakan bisnis pengiriman makanan dan bahan makanan mencapai tiga perempat lebih cepat dari ekspektasinya.
Grab dan para pesaingnya seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dari Indonesia, diuntungkan oleh ledakan layanan pesan-antar makanan selama pandemi COVID-19. Namun, pertumbuhannya melambat dan bisnis transportasi online belum pulih ke tingkat pra-pandemi.
Perusahaan juga terpengaruh oleh kenaikan biaya yang tajam, dan pertumbuhan yang tidak terdengar di pasar-pasar utama. Bahkan, GoTo mengumumkan PHK terhadap 1.300 pekerja, atau 12 % dari tenaga kerjanya pada bulan November 2022.
Hal itu sebagaimana yang terjadi dengan para perusahaan teknologi, yang juga melakukan langkah penghematan serupa secara global.
Terlebih, harga saham Grab turun dalam kurun waktu setengah tahun ini, sementara GoTo merosot 75 % di tengah aksi jual global pada sektor teknologi. Hal itu seiring dengan kekhawatiran investor, tentang profitabilitas dan pertumbuhan yang lebih lambat.