Ada Ancaman Reflasi pada 2023, Ini Penjelasan Sri Mulyani
- VIVA/Anisa Aulia
VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait ancaman resesi dan inflasi yang tinggi (reflasi) menghantui perekonomian dunia pada 2023 mendatang. Sri mengatakan, pemerintah dalam hal ini akan terus waspada.
Diakuinya, kondisi ancaman reflasi itu akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan momentum pemulihan ekonomi RI.
"Kewaspadaan bisa muncul dalam berbagai hal. Pertama, kita akan lihat apa yang berubah. Kalau inflasi menyebabkan suku bunga tinggi, dolar menguat maka kita harus mulai melakukan penyesuaian terhadap lingkungan tersebut dari sisi keputusan investasi, dan sisi mengelola APBN," ujar Sri di Kantor Kemenkeu, Rabu 23 November 2022.
Untuk tahun 2023, Sri mengatakan, kewaspadaan yang menggambarkan risiko global itu akan memengaruhi kinerja perekonomian RI. Namun target pertumbuhan ekonomi RI tetap dipatok sesuai UU APBN di angka 5,3 persen.
"Kalau dari sisi proyeksi kami tetap menggunakan yang di dalam UU APBN kita yang memang asumsinya di 5,3 persen. Namun memang kata-kata waspada itu menggambarkan downside risk-nya muncul sangat kuat, seberapa downside risk ini? Nanti kita akan lihat sampai akhir tahun ini," jelasnya.
Kinerja perekonomian RI hingga kuartal III-2022 diketahui tercatat positif 5,72 persen. Sri mengatakan, berbagai faktor juga mendukung kerja perekonomian hingga kuartal III-2022 seperti investasi, ekspor, konsumsi masyarakat, dan belanja pemerintah.
Sementara dari sisi supply side atau ketersediaan industri manufaktur juga tercatat meningkat. Hal itu tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada level 51,8 poin.