Minyak Tanah Langka di NTT Hampir Satu Bulan, Ternyata Ini Penyebabnya

Warga NTT mengantre minyak tanah.
Sumber :
  • tvOne.

VIVA – Warga Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur kesulitan mendapatkan minyak tanah. Krisis mitan dikeluhkan warga sejak awal November 2022.

Selama tiga pekan terakhir minyak tanah makin sulit didapat baik di pangkalan juga di tingkat pengecer (kios). Kondisi tersebut dialami warga kota dan pedesaan.

Hasil pantauan Selasa 22 November 2022, belasan warga sedang mengantre di pangkalan Efata yang terletak di Kelurahan Pitak, Kecamatan Langke Rembong masing-masing membawa jeriken berukuran 5 liter.

Warga yang memburu minyak tanah tidak saja warga dalam kota Ruteng tapi juga datang dari kecamatan sekitar. Warga kecewa berkeliling mencari minyak tanah tapi tidak mendapatkannya. 

"Saya sudah dari tadi pagi cari minyak tanah. Dan barusan, saya ke Mbaumuku namun yang di sana itu tadi sudah habis. Terus sampai di sini pemilik pangkalan mengaku tak ada minyak. Ini sebentar bingung harus cari dimana lagi," ungkap Herlin, seorang warga yang mengaku berasal dari Cucosangge, Desa Bangka Kenda Kecamatan Wae Rii.

Warga dari Nekang Kelurahan Watu juga terllihat kecewa karena sudah keliling kelurahan dalam kota tapi semua kios sampai pangkalan yang didatanginya pada kehabisan stok minyak tanah subsidi.

Seorang pedagang menakar minyak tanah eceran

Photo :
  • VIVAnews/Tri Saputro

“Di Nekang sudah keliling semua kios tapi nihil. Sudah cari sampai di Tenda, Kumba kosong semua dan jalan sampai bandara ke bawah, Karot kosong semua. Di pangkalan Efata ini juga habis,” sebut perempuan bernama Tati itu.

Pemilik pangkalan kewalahan

Sementara itu, Belasius Sahusatar selaku pemilik pangkalan minyak tanah Efata yang berlokasi di Jl Komodo No 9 Kelurahan Pitak mengaku kewalahan melayani masyarakat yang datang dari banyak tempat sementara jatah minyak tanah untuk pangkalannya berkurang drastis.

Pedagang minyak yang menggeluti usaha pangkalan selama 20 tahun ini berkata, jika sebelum bulan November dia mendapat jatah tiap hari 10 drum namun kini dia hanya dijatahi 3 drum saja per hari.

"Sekarang kami terima tiap hari itu 3 drum. Dan 3 drum layani orang yang begitu banyak bagaimana kan tidak mampu to. Begitu minyak sampai langsung habis dibeli warga yang datang pagi hari," ujar pria berusia 57 tahun tersebut.

"Dan tadi, saya layani masyarakat satu-satu derigen kecil. Ini sudah tidak bisa layani. Mau tidak mau, kami tolak lagi ke pangkalan yang lain di mana ada minyak tolong ambil dis itu," sambungnya.

Pengurangan pasokan 50 kiloliter

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Setda Manggarai, Baharuddin Abbas membenarkan adanya kelangkaan minyak tanah saat ini. Hal tersebut, kata Abbas terjadi karena adanya pengurangan alokasi dari Pertamina

"Jadi memang ada pengurangan. Dari agen-agen bilang bahwa memang ada pengurangan sampai 50 kilo liter," ungkapnya.

Pengurangan tersebut lanjutnya, dialami oleh empat agen besar di kota Ruteng. Dan pengurangan jatah dari Pertamina terjadi sejak awal November 2022.

“Kemarin kita rapat dengan teman-teman agen minyak tanah dengan teman-teman dari Pertamina. Didapatlah kesimpulan bahwa terjadinya kelangkaan ini pertama karena adanya pengurangan alokasi dari pusat,” terang Baharuddin.

Jatah minyak tanah ke Depo Pertamina Reok sambung Abbas merupakan domain Pemerintah Pusat maka dari itu Pemkab Manggarai segera menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).

“Kemarin dalam rapat dengan pihak depo Pertamina Reok kita diminta untuk membuat surat ke Gubernur, Kementerian ESDM dan BPH Migas. Kita lagi proses karena kita lagi kumpul semua data dari agen yang kurang berapa. Terjadi fluktuasi ini kenapa kita lihat dulu di lapangan,” beber Kabag Ekonomi Baharuddin Abbas.

Rawan kecurangan

Disampaikan Abbas, dalam kondisi normal warga biasa membeli dengan jeriken berukuran 5 liter. Amat jarang membeli dengan jeriken besar.

Seliter mitan terangnya, Rp 5.000 ribu di tingkat pangkalan sehingga satu jerigen dijual Rp 25 ribu namun ditingkat pengecer menjadi Rp 35 ribu itupun pengecer nakal masih harus menguras seperempat liter dari satu jerigen.

“Di bawah agen itu ada namanya pangkalan. Dan di bawah pangkalan ada pengecer. Penyimpangan harga terjadi di level bawah. Mereka menjual jauh di atas HET dan mengurangi takaran. Dalam situasi minyak tanah sedang langka saya sendiri menemukan praktik seperti itu di Kecamatan Reok,” akunya.

“Kita sudah sampaikan kepada para agen untuk mengawasi harga jual baik di tingkat pangkalan maupun pengecer jangan curangi takaran ya kasihan masyarakat kita,” tutupnya.

Baharuddin Abbas yang juga menjabat sebagai Kepala Bagian Sosial Setda Manggara ini berkata, pihaknya sudah membahas persoalan tersebut bersama pejabat Depo Pertamina Reok dengan empat agen minyak tanah masing-masing PT Putra Tunggal, PT Flores Agung, PT Wae Telang dan PT Citra K.S.

Laporan Jo Kenaru/ Manggarai-NTT