Sri Mulyani Prediksi Kenaikan Suku Bunga The Fed Lebih Tinggi dan Panjang

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan suku bunga the Fed diperkirakan akan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang. Di mana saat ini the Fed baru saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps).

Bendahara negara itu mengungkapkan, dengan kenaikan suku bunga tersebut akan menyebabkan mata uang dolar menguat dan membuat nilai tukar di berbagai negara melemah.

"Kenaikan Fed fund rate yang diperkirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang mendorong semakin kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat. Sehingga menyebabkan depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) IV Tahun 2022, Kamis 3 November 2022.

Baca juga: Viral! Video Putri Candrawathi Seolah Tengah Memakai Handsfree, Tenyata Pakai Ini

Dia menjelaskan, saat ini kinerja perekonomian global sudah ada dalam posisi melambat akibat dari ketidakpastian yang semakin tinggi. Dalam hal ini perlambatan sudah terlihat di beberapa negara maju.

"Terutama Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok, dan ini tercermin pada Purchasing Manager Index atau PMI manufaktur Global bulan September 2022 yang masuk ke zona kontraksi pada level 49,8," ucapnya.

Untuk perlambatan itu dipengaruhi oleh terus berlanjutnya ketegangan geopolitik di Ukraina, yang mana itu telah menyebabkan inflasi tinggi di berbagai negara.

"Perang di kawasan Ukraina memicu tekanan inflasi tinggi, fragmentasi ekonomi global, perdagangan dan investasi. Serta dampak dari pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif dari otoritas moneter di negara-negara maju," jelasnya.

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau the Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,75 basis poin (bps), pada Rabu 2 November waktu setempat.

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menjawab pertanyaan wartawan

Photo :
  • ANTARA/REUTERS/Elizabeth Frantz

Dengan kembali naiknya suku bunga the Fed itu menjadi yang tertinggi sejak awal 2008 atau selama 14 tahun. Melansir BBC, Kamis 3 November 2022 dari kenaikan itu the Fed berharap akan meredakan perekonomian dan menurunkan inflasi harga.

Namun dengan kenaikan itu, membuat para kritikus khawatir bahwa langkah yang diambil the Fed akan memicu penurunan yang serius.

Adapun pada kenaikan suku bunga tersebut, membawa suku bunga pinjaman acuan bank menjadi 3,75 persen hingga 4 persen, kisaran yang tertinggi sejak Januari 2008.

Gubernur the Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa suku bunga, kemungkinan akan naik lagi. Dia mengatakan bahwa spekulasi the Fed berhenti adalah 'prematur'.

"Kami masih memiliki beberapa cara untuk pergi," kata Jerome pada konferensi pers.