PM Inggris Mundur, Sri Mulyani: Ekonomi Berimbas pada Politik
- M Yudha P/VIVA.co.id
VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung perihal mundurnya Perdana Menteri (PM) Inggris Elizabeth Truss dari jabatannya.
Menurutnya, mundurnya PM Inggris menggambarkan ekonomi dan keuangan telah berdampak kepada politik.
"Kita semuanya mengikuti politik di Inggris, di mana dari mulai Menteri Keuangannya kemudian diganti dan sekarang Perdana Menterinya turun. Ini menggambarkan bahwa turmoil (kekacauan) yang terjadi baik dari sisi ekonomi dan keuangan telah menimbulkan juga imbasnya pada politik," ujar Sri Mulyani dalam APBN KITA, dikutip Minggu, 23 Oktober 2022.
Sri Mulyani mengatakan, saat ini harga komoditas masih tidak pasti karena terpengaruh oleh situasi geopolitik saat ini. Di mana itu telah menyebabkan gangguan rantai pasok dan distribusi, yang mana menyebabkan harga menjadi bergejolak.
"Ini yang kemudian muncul dalam bentuk inflasi, yaitu kenaikan dari harga-harga umum di berbagai negara," katanya.
Untuk saat ini inflasi Inggris tengah meningkat tinggi hingga 10,1 persen. Sri Mulyani bahkan memperkirakan, inflasi akan bertahan untuk beberapa saat.
"Inggris bahkan baru saja dipublikasikan inflasinya menembus angka di atas 10 persen yaitu 10,1 persen. Dan ini masih diperkirakan akan bertahan di level tinggi ini untuk beberapa saat," ujarnya.
Sebelumnya, PM Inggris Elizabeth Truss mengundurkan diri dari jabatannya setelah menjabat hanya sekitar enam minggu. Dia mengatakan, akhirnya memilih mundur setelah tidak mampu menjalankan dan memenuhi mandat yang harus dilakukan saat terpilih menjadi pemimpin Tory yakni kubu politik konservatif itu.
Mundurnya Lizz Truss ini bisa dianggap bersejarah karena dia akan tercatat menjadi PM Inggris yang menjabat tersingkat hanya dalam 45 hari.
Kepemimpinan Truss dipertanyakan tak lama dia naik dan mengajukan anggaran minimalis pada bulan lalu yang hal itu kemudian membuat kondisi pasar ekonomi terusik. Tak lama setelah guncangan itu, menteri sekretaris negara di kabinetnya juga mengundurkan diri.
Tokoh Partai Tory Sir Graham Brady mengkonfirmasi bahwa anggota partainya akan memilih pemimpin baru bila akan ada dua calon. Namun demikian dimungkinkan adanya hanya satu kandidat dan bila demikian maka bisa semacam mufakat.