Perkuat Bauran Kebijakan, Bank Indonesia Ungkap Manuver dan Inovasinya
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/tangkapan layar
VIVA Bisnis – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, membeberkan sejumlah inovasi yang telah dilakukan pihaknya, sebagai upaya penguatan bauran kebijakan. Hal itu untuk menjawab berbagai potensi tekanan ke depan, termasuk dalam hal ekspektasi inflasi.
Seperti misalnya di bidang moneter, kenaikan BI 7-Days Reverse Repo Rate menurutnya merupakan langkah front loading, pre-emptive, dan forward-looking, untuk menurunkan ekspektasi inflasi.
"Dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran yaitu 3 persen +/-1 persen atau maksimal 4 persen pada kuartal III-2023," kata Perry dalam telekonferensi di acara Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Sistem Keuangan (KSK) No. 39, Jumat 21 Oktober 2022.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini 21 Oktober 2022: Global Datar, Antam Naik
Kebijakan ini diperkuat dengan koordinasi erat antara BI dengan pemerintah pusat dan daerah. Kemudian juga kerja sama melalui tim pengendalian inflasi, dan juga gerakan nasional untuk pengendalian inflasi pangan (GNPIP) di berbagai daerah melalui 46 kantor-kantor Bank Indonesia.
"Kami juga melanjutkan penjualan pembelian surat berharga negara di pasar sekunder, untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah," ujarnya.
Di sistem pembayaran, upaya penguatan juga terus dilakukan BI, untuk mengakselerasi terwujudnya integrasi ekonomi keuangan digital secara nasional. Penggunaan QRIS terus diperluas, di mana per akhir semester I-2022 telah mencapai 21 juta pengguna, dan 19 juta merchant yang sebagian besar adalah UMKM.
"Bahkan hingga ke transaksi lintas negara, khususnya dengan Thailand dan insya Allah dengan Malaysia serta negara ASEAN 5 lainnya," kata Perry.
Pemanfaatan BI-Fast pun terus didorong agar transaksi keuangan bisa semakin efisien dan handal. Begitupun dengan upaya pendalaman pasar keuangan, termasuk pendalaman pasar valas dengan memperluas penggunaan instrumen lindung nilai (hedging). Serta, meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam berbagai transaksi perdagangan dan investasi antarnegara.
Di bidang makroprudensial, kebijakan akomodatif terus diperkuat BI untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan kepada dunia usaha. Perry menekankan, inovasi kebijakannya diarahkan untuk mendorong kinerja intermediasi, serta inklusi ekonomi dan keuangan dengan tetap menjaga ketahanan sistem keuangan.
"Kami mengapresiasi kontribusi perbankan dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, melalui peningkatan penyaluran kredit dan pembiayaan kepada dunia usaha," ujarnya.