Ekonom Nilai Indonesia Tak Akan Masuk Zona Resesi 2023, Ini Fakta-faktanya

Pertumbuhan Ekonomi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA BIsnis – Dunia diperkirakan akan bergerak menuju resesi global pada 2023. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan hal tersebut dan menyampaikan sejumlah antisipasinya bagi Indonesia.

Ekonom Segera Institute Piter Abdullah menilai, dari ancaman resesi itu bukan berarti Indonesia juga akan masuk kedalam resesi 2023. Karena menurutnya, kondisi RI masih cukup baik dan mampu bertahan.

"Peringatan dari Menkeu dan juga Presiden Jokowi akan terjadinya resesi global serta imbauan untuk waspada bukan berarti indonesia dipastikan juga akan resesi. Kondisi indonesia masih cukup baik dan diyakini mampu bertahan menghadapi resesi global," kata Piter saat dihubungi VIVA Bisnis, Kamis 13 Oktober 2022.

Baca juga: Gubernur BI Ingin Pertemuan FMCBG Cegah Pelemahan Ekonomi dan Tak Disertai Inflasi

Menurutnya, Indonesia berbeda dengan negara-negara yang pendapatannya terlalu bertumpu pada ekspor. Sebab perekonomian Indonesia kata dia, lebih bertumpu kepada konsumsi domestik.

"Konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi. Selain itu di sisi ekspor juga masih akan terbantu dengan tingginya harga komoditi," ujarnya.

Adapun dari resesi global akan menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas. Namun hal itu jelasnya tak lantas membuat harga komoditas jatuh.

"Masih akan tetap cukup tinggi dan menguntungkan indonesia yang mengandalkan komoditi. Kalaupun Indonesia terdampak oleh resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi kita melambat tidak bisa mencapai target di atas 5 persen," ucapnya.

Terjerembab dalam Resesi Ekonomi, (dok.pri)

Photo :
  • vstory

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dunia akan memasuki jurang resesi pada 2023. Sebab, tingginya angka inflasi, telah memicu bank sentral negara maju menaikkan suku bunga acuannya.

Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan suku bunga di antaranya dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang sudah menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin selama tiga kali berturut-turut. Kemudian suku bunga acuan Inggris sebesar 2,25 persen atau naik 200 basis point (bps)

"Kalau bank sentral di seluruh dunia meningkatkan suku bunga cukup ekstrem dan bersama-sama, dunia mengalami resesi pada 2023. Kenaikan suku bunga bank sentral di negara maju cukup cepat dan ekstrem dan memukul pertumbuhan negara-negara tersebut," ujar Sri Mulyani, Rabu 28 September 2022.