Cara Perusahaan Logistik Maksimalkan Kinclongnya Transaksi E-Commerce
- Fingent
VIVA – Pandemi mengubah pola konsumen di dunia dari tradisional menjadi digital. Hal itu membuat kinerja e-Commerce kinclong saat ini.
Karena itu, sebagai industri penunjangnnya, perusahaan penyedia jasa logistik, Geodis Indonesia menegaskan bahwa akan memaksimalkan besarnya transaksi e-Commerce itu hingga 2023.
Managing Director Geodis Indonesia Tomy Sofhian menjabarkan, pihaknya selama ini telah melayani bisnis logistik di sektor pertambangan, minyak dan gas, farmasi, dan ritel. Tekait industri ritel, kerja sama dilakukan dengan asosiasi pengelola kawasan berikat, terutama yang berkaitan dengan tekstil.
Untuk industri e-Commerce, strategi khusus dan peningkatan digitalisasi bisnis pun sedang digenjot saat ini.
"Kami ingin lebih banyak lagi melayani e-Commerce bisnis karena tahun ini saja transaksinya e-Commerce di Indonesia senilai Rp420 triliun, dalam 3 tahun bahkan tumbuh dua kali lipat," kata Tomy, dikutip, Sabtu, 8 Oktober 2022.
Dia mengungkapkan, peningkatan kinerja di segmen itu dilakukan salah satunya dengan menawarkan kepada e-Commerce dalam bentuk kontrak logistik. Yang, saat ini pihaknya sudah menyediakan lebih dari 300 platform dan 6,5 juta meter persegi ruang pergudangan secara global atau dengan kata lain di segmen pengiriman dan logistik dengan menargetkan segmen B2C.
Geodis Indonesia juga bakal melakukan strategi untuk memperluas pasarnya dengan customize solution sesuai dengan kebutuhan. Ada pula layanan service end to end mulai dari pick up sampai delivery atau hanya layanan parsial, seperti pengiriman yang dilakukan hanya dari pelabuhan ke pelabuhan atau hanya penyewaan gudang.
Terkait fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dia mengatakan tidak terlalu terpengaruh kepada operasional perusahaan. Sebab, saat ini layanan yang diberikan masih didominasi pengiriman internasional.
"Baik ekspor dan impor jadi bagian berhubungan dengan kenaikan BBM hanya sebagian kecil. Secara overall-nya sih enggak terlalu ber-impact," tegasnya.
Selain itu menurutnya, perusahaan telah melakukan penyesuaian bisnis selama pandemi COVID-19 yang terjadi. Kemudian disusul oleh pecahnya konflik Rusia dan Ukraina.
"Itu kan sudah ada kenaikan (BBM). Jadi kan hot topic kan di Indonesia kalau itu sudah adjust sudah beberapa waktu lalu," tambahnya.