Waspada, Dunia Bakal Bergerak Menuju Resesi Global pada 2023

Ilustrasi Bank Dunia.
Sumber :
  • ANTARA/HO-Bank Dunia/am

VIVA Bisnis – Dunia diperkirakan bakal bergerak menuju Resesi global pada 2023, hal itu disampaikan oleh Bank Dunia mengingat bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersama-sama menaikkan suku bunga acuannya sebagai respons dari meningkatnya inflasi.

Dalam studi terbaru Bank Dunia disebutkabn bahwa bank-bank sentral seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang belum terlihat selama lima dekade terakhir. Dan ini sebuah tren yang akan berlanjut hingga tahun depan.

Selain itu, dalam studi tersebut juga dijelaskan bahwa lintasan kenaikan suku bunga yang diperkirakan saat ini dan tindakan kebijakan lainnya mungkin tidak cukup untuk membawa inflasi global kembali ke tingkat yang terlihat sebelum pandemi.

Baca juga: Suku Bunga Naik 3,75 Persen, BTN: Kecil Pengaruhi Permintaan Kredit

Investor memperkirakan bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4,0 persen hingga 2023. Peningkatan itu lebih dari 2 poin persentase dari rata-rata 2021.

"Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 atau kontraksi 0,4 persen dalam hal per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global," kata penelitian tersebut dikutip Antara, Jumat 16 September 2022.

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi yang Berkeadilan, Ayhan Kose, mencatat karena kenaikan suku bunga sangat sinkron di seluruh negara, bank sentral bisa "saling memperparah" dalam memperketat kondisi keuangan dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global.

"Para pembuat kebijakan di negara-negara emerging markets dan berkembang harus siap untuk mengelola potensi dampak dari pengetatan kebijakan yang sinkron secara global," kata Kose.

Ilustrasi resesi global

Photo :
  • U-Report

Serangkaian krisis keuangan di negara-negara emerging markets dan berkembang akan merugikan mereka, menurut penelitian tersebut.

"Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di negara-negara emerging markets dan berkembang," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.

"Untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, stabilitas mata uang, dan pertumbuhan yang lebih cepat, pembuat kebijakan dapat mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi," kata Malpass.

"Kebijakan harus berusaha untuk menghasilkan investasi tambahan dan meningkatkan produktivitas dan alokasi modal, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan," tambah Malpass. (Ant)