Digitalisasi Kilang hingga SPBU Bisa Cegah Penyelewengan, Benarkah?

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat mendampingi Menteri BUMN menijau PIEDCC di Gedung Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2022).
Sumber :

VIVA Bisnis – Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) menilai penggunaan sistem digital dalam pengolahan minyak dari kilang Pertamina hingga pendistrubusian ke SPBU turut andil memastikan efisiensi operasi serta pendistribusian yang tepat sasaran. Sistem ini juga instrumen penting dalam pengelolaan kilang yang modern dan anti penyelewengan.

Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrachman mengatakan digitalisasi akan sangat memberikan dampak signifikan jika dikombinasikan dengan implementasi penggunaan aplikasi MyPertamina di SPBU.

Menurut dia, hal ini jelas akan langsung mencegah terjadinya penyelewengan penggunaan BBM bersubsidi mulai dari pengolahan hingga titik akhir pendistribusian ke masyarakat.

Baca juga: Unggul di Pasar Eropa, Mendag: Vietnam Bebas Pajak Kita Nggak

"Iya dong (Sistem digitalisasi itu bagus, bisa dipantau secara real time)," kata Saleh dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Selasa 13 September 2022.

Untuk itu, Saleh berharap digitalisasi yang dilakukan serta pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru bisa memastikan ketahanan pasokan BBM di Tanah Air.

"Sistem digitalisasi SPBU dengan MyPertamina itu akan bisa mengurangi/mencegah penyelewengan," ujar Saleh.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati di PHR.

Photo :
  • Dok. Pertamina

Seperti diketahui Pertamina telah memiliki sistem pemantauan data mulai dari produksi di hulu hingga distribusi BBM ke masyarakat lewat Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC).

Melalui sistem PIEDCC bisa terpantau aliran dari fluidanya (cairan) ataupun gas. Di mana konteksnya BBM terlihat dari kilang produksinya ada berapa, karena masing-masing jenis di kilang itu ada produknya. Kemudian produk disalurkan  ke Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM).

Jumlah BBM yang akan disalurkan ke kendaraan pengangkut (truk tangki) akan dilakukan secara otomatis sesuai dengan jumlah yang dimasukkan lewat sistem. Semua data ini juga terpantau lewat PIEDCC. Selanjutnya, saat diangkut oleh truk tangki menuju SPBU juga dimonitor secara sistematis.

Tak hanya itu, pengawasan juga tidak hanya di darat, tapi juga dilakukan di laut saat pengangkutan BBM menggunakan kapal. Saat ini, Pertamina memiliki sekitar 258 kapal yang beroperasi dan semuanya terdata dengan baik dan terpantau secara langsung lewat PIEDCC.

Kilang Pertamina

Photo :

Sistem PIEDCC merupakan upaya Pertamina dalam mengantisipasi dan mencegah terjadinya kehilangan jumlah BBM yang tidak wajar, baik mulai dari produksi di kilang, distribusi oleh truk tangki maupun kapal, hingga masuk ke SPBU dan diterima oleh masyarakat. Langkah ini juga merupakan upaya untuk efisiensi dalam produksi dan distribusi BBM.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menilai digitalisasi rantai distribusi penyaluran BBM dari kilang hingga SPBU kemudian dilanjutkan ke masyarakat, merupakan keharusan untuk diimplementasikan.

"Saya kira digitalisasi adalah suatu kiniscayaan. Perkembangan yang tidak mungkin bisa dihindari," ungkap Komaidi.

Menurut dia, digitalisasi rantai pendistribusian BBM dari kilang jadi kunci untuk memastikan bahwa BBM diprosuksi dan disalurkan dengan tepat. "Saya kira manfaatnya cukup besar. Segala sesuatunya jadi lebih tercatat dan terpetakan dengan baik," ujar Komaidi.