Inflasi Inti Jadi Alasan BI Tahan Suku Bunga, Begini Penjelasannya

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan salah satu pertimbangan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate  di level 3,5 persen adalah inflasi inti. Pada bulan Juni 2022, inflasi inti diketahui masih terjaga di angka 2,63 persen secara year on year (yoy)

"Keputusan suku bunga didasarkan perkiraan inflasi ke depan. Khususnya inflasi inti," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis, 21 Juli 2022.

Ilustrasi pendorong inflasi.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Inflasi inti adalah inflasi yang mencerminkan antara keseimbangan permintaan dan penawaran di dalam ekonomi nasional. Inflasi inti Indonesia sebesar 2,63 persen menunjukkan bahwa meskipun permintaan di dalam negeri meningkat tetapi masih terpenuhi dengan produksi nasional.

"2,63 persen itu menunjukkan permintaan dalam negeri meningkat, sesuai dengan produksi nasional," katanya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Photo :
  • Tangkapan layar.

Bank Indonesia, lanjut dia, juga akan memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan operasi moneter dan suku bunga.

Untuk itu, Perry menjelaskan, Bank Indonesia memperkuat bauran kebijakan dengan enam langkah berikut:

1. Memperkuat operasi moneter sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang dan penjualan SBN di pasar sekunder,

2. Memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi melalui intervensi di pasar valas yang didukung dengan penguatan operasi moneter,

3. Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada suku bunga kredit konsumsi,

4. Memperluas QRIS antarnegara antara lain melalui akselerasi implementasi, piloting dengan penyelesaian transaksi menggunakan mata uang lokal (local currency settlement) dengan negara-negara di Asia, serta melaksanakan Pekan QRIS Nasional untuk pencapaian target 15 juta pengguna baru,

5. Memastikan operasionalisasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) khususnya Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) first mover berjalan lancar dan mempersiapkan implementasi second mover dengan target Desember 2022 serta memperluas QRIS crossborder, antara lain melalui piloting dan akselerasi implementasi,

6. Memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, serta bersama Kementerian Keuangan menyukseskan 6 enam agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.