Dongkrak Penerapan EBT, Energi Surya Harus Terjangkau Masyarakat
- Istimewa
VIVA – Salah satu penyebab lambatnya penerapan energi baru terbarukan (EBT) seperti misalnya energi surya, adalah diperlukannya pengembangan teknologi yang mampu menyediakan biaya lebih rendah. Sehingga, pemanfaatan energi surya dapat lebih terjangkau oleh masyarakat luas, dan meningkatkan persentase pemanfaatan EBT di Tanah Air.
Menjawab tantangan tersebut, perusahaan pengembang tenaga surya, SUN Energy, meluncurkan SUN Energy Tech Space. Teknologi ini berperan sebagai ruang pemantauan kinerja sistem energi surya yang terintegrasi, berbasis Internet of Thing (IoT).
"Tim ahli SUN Energy dapat memantau serta mengontrol kinerja sistem PLTS kami, yang tersebar di seluruh Indonesia hingga Thailand," kata Chief Executive Officer (CEO) SUN Energy, Philip Lee, dalam keterangannya, Jumat 15 Juli 2022.
Baca juga: INFOGRAFIK: 9 Negara Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka
Philip menjelaskan, sistem perangkat SUN Energy Tech Space ini mampu mengidentifikasi, menginformasikan, serta mendiagnosis masalah yang kerap terjadi dalam upaya pemanfaatan energi surya.
"Sehingga kegiatan operasi dan pemeliharaan sistem energi surya di lokasi pelanggan, dapat dimonitor secara real-time selama 24/7," ujarnya.
Chief Commercial Officer (CCO) SUN Energy, Dion Jefferson menjelaskan, dengan didukung oleh Huawei, fitur perangkat di SUN Energy Tech Space telah mengedepankan aspek keselamatan yang proaktif.
Hal ini akan memberikan pengalaman perkembangan teknologi dengan konektivitas IoT, layanan cloud, serta kecerdasan buatan (AI). Sehingga, sistem PLTS bisa dipantau di mana pun dan kapan pun.
"Kami sangat optimis bahwa kedepannya sistem tenaga surya akan menjadi energi masa depan, yang digunakan oleh pengguna dari sektor rumah tangga, sosial, komersial, hingga industri," kata Dion.
Dia bahkan menegaskan bahwa SUN Energi Tech sangat terbuka kepada masyarakat luas, yang ingin mempelajari sistem PLTS untuk berkunjung ke SUN Energy Tech Space.
"Mereka juga dapat berdiskusi bagaimana SUN Energy dapat membantu mewujudkan masa depan rendah karbon melalui pemanfaatan PLTS," ujarnya.
Transisi menuju masa depan rendah karbon dapat diwujudkan melalui percepatan penggunaan energi bersih di berbagai sektor. Kementerian ESDM mencatat, dari 587 Gigawatt (GW) kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT), lebih dari 60 persen berasal dari energi surya.
Per awal kuartal II-2022 ini, PLN mencatat lebih dari 5.000 konsumen PLN yang telah memanfaatkan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).