Harga-harga Naik, Sri Mulyani Sebut Jutaan Orang Terancam Rawan Pangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara 3rd FMCBG Meeting G20.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, lonjakan harga pangan yang terjadi saat ini akan membawa jutaan orang dalam keadaan rawan pangan. Ini merupakan akibat dari pandemi dan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina yang telah menyebabkan kenaikan harga di sektor pangan dan energi.

Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan program pangan dunia, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut telah meningkat dua kali lipat. Sejak 2019 dari 135 juta menjadi 276 juta setelah pandemi.

“Meningkatnya harga pangan ini bisa membawa jutaan orang ke dalam keadaan rawan pangan. Ada urgensi di mana krisis pangan harus ditangani,” ujar Sri Mulyani pada pembukaan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua Bali, Jumat 15 Juli 2022.

Krisis pangan di Haiti pada 2008 usai bencana hancurkan panen

Photo :
  • AP Photo/Ramon Espinosa

Perlu Mekanisme Pembiayaan untuk Memperkuat Stabilitas Keuangan dan Sosial

Ani begitu sapaan akrabnya menuturkan, perlu dilakukan pengerahan pada semua mekanisme pembiayaan. Hal itu dimaksudkan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial.

Selain itu, kebijakan ekonomi makro yang baik juga menjadi penting untuk mengatasi krisis komoditas lainnya. Dan sangat penting yang juga tantangan besar lainnya adalah energi, sebab saat ini lanskap energi global telah berubah saat ini dengan meroketnya harga energi.

“Saya yakin anda semua sebagai Menteri Keuangan sekaligus Gubernur Bank Sentral melihat ini sebagai ancaman bagi stabilitas makro ekonomi kita, serta lingkungan yang kondusif bagi kita untuk mempertahankan pemulihan,” ujarnya.

Ani menjelaskan, Bank Dunia memperkirakan harga minyak mentah naik 350 persen di April 2022 dibandingkan April 2020.

“Saya pikir kita semua ingat awal pandemi di bulan April ada dua hari di mana harga minyak sebenarnya nol atau bahkan sedikit negatif. Dan sekarang kita menghadapi situasi ekstrim yang sangat berbeda peningkatan 350 persen ini merupakan peningkatan terbesar untuk periode dua tahun sejak 1997,” paparnya.