Badan Pangan Nasional Gelar Rapat Perdana, Ini yang Disoroti

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Sumber :
  • Muhammad AR/VIVA.

VIVA Bisnis – Badan Pangan Nasional atau NFA (National Food Agency) mengelar rapat perdana bersama dinas pangan dari 514 kabupaten kota dan 37 provinsi di IPB International Convention Center (IICC), Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis 14 Juli 2022. Dalam rapat tersebut membahas ketahanan pangan nasional dan ekspor pangan.

"Ini rapat pertama Badan Pangan Nasuonal setelah Badan Pangan melengkapi beberapa kedeputian eselon 1 dan eselon 2. Kemudian kita rasakan perlu koordinasi dengan 514 kab/kota dan 34 propinsi. Mungkin ke depan 37 provinsi," kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi diwawancarai, Kamis, 14 Juli 2022.

Lanjut Arief menyampaikan, Badan Pangan Nasional menjelaskan betapa pentingnya kolaborasi, sinergi antar kementerian, lembaga juga kerja sama antar daerah. Hal itu berkaitan dengan pendistribusian pangan.

"Kita harus atur daerah yang mana yang memang defisit, sehingga kita bisa distribusikan dengan baik. Kemudian kita juga bicara masalah ketersediaan dan kestabilisasian pangan," katanya.

Selanjutnya, kedua adalah kerawanan pangan dan gizi. Ketiga adalah penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan.

Arief mengatakan, Presiden Joko Widodo menyatakan saatnya Indonesia memproduksi pangan yang strategis. Dan Badan Pangan Nasional  memfokuskan ada 9 pangan strategis yakni beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, dan cabai.

"Nah ini jadi PR kita semua. Sehingga kita mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri. Untuk itu juga diperlukan, kalau kita punya ketersediaan cukup," jelasnya.

Pemerintah melalui menteri pertanian sudah mengekspor ayam ke luar negeri pada Rabu 13 Juli 2022 di Jakarta. Ekspor unggas produk Indonesia yang secara perdana dilakukan ke Singapura serta ekspor lanjutan ke Jepang dan Timor Leste. 

Ekspor melalui, PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) yang telah mengekspor 50 ton daging ayam frozen dari target 100 ton ke Singapura pada tahun 2022. Hal ini bisa dilakukan karena kebutuhan dalam negeri sudah tercukupi.

Presiden Jokowi bicara soal krisis pangan dunia

Photo :
  • YouTube Sekretariat Presiden

"Kita juga kemarin sudah mengekspor bersama Menteri Pertanian ayam ke luar negeri. Artinya banyak negara tetangga  yang juga mengharapkan Indonesia membantu pangan internasional," jelasnya.

Sedangkan untuk mendukung industri peternakan ayam di Indonesia, Charoen telah bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mengembangkan Mobile Corn Dryer (MCD). Dengan harapan para petani dapat menjaga kualitas jagungnya segera setelah dipanen.

Hal tersebut erat kaitannya dengan stabilitas harga di tingkat petani dan pedagang apabila ketersediaan stok setimbang dengan permintaan. Sehingga NFA dapat fokus pada pemerataan distribusi.

Sementara itu, berdasarkan prognosa Badan Pangan Nasional tahun 2022, beberapa komoditas yang produksi dalam negeri lebih besar dari kebutuhan. Sehingga menglami surplus, seperti daging ayam diperkirakan mencapai 900 ribu ton, dan telur ayam surplus hingga 600 ribu ton.

"Ini peluang bagi kita untuk melakukan ekspor bagi produk-produk yang produksinya lebih besar dari kebutuhan dalam negeri. Tentu setelah memastikan kecukupan dan keterjangkauan di dalam negeri," ujar Arief

Namun demikian, kata Arief dalam mentargetkan ekspor Pemerintah tetap menomorsatukan ketersediaan pangan. Contohnya, jika harga bawang dan cabai dan telur naik namun ketersediaan ada. Kondisi lain, hari ini pangan jagung di hilir dan kondisi di hulu surplus sehingga hanya perlu pengaturan.

"Memang harga juga penting, tapi menyusul. Karena hari ini ketersediaan. Tapi itulah harga yang sebenarnya kesetimbangan baru, sehingga peternak, petani itu bisa merasakan manfaatnya. Jadi NTP (Nilai Tukar Petani) nya naik," jelasnya.

Terkait regulasi, Arief nenjelaskan, Badan Pangan nasional sedang mempersiapakannya dalam dua pekan ke depan. Termasuk Harga Acuan Pembelian (HAP), dan harga produsen, sampai acuan di konsumen. Meskipun kata Arief, harga tersebut tidak menyenangkan 100 persen bagi semua pihak.

"Harga ini mudah mudahan, mungkin kita tidak bisa membuat happy 100 persen semua pihak. Tapi ada fairness (kewajaran) pada saat produksi sehingga didistribusikan pada titik konsumen. Jadi harus ada balance dari sisi hulu dan hilir," jelasnya.