Cross Border Payment Jadi Solusi Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Penyedia jasa tukar uang menata lembaran mata uang dolar AS di Taman Topi, Bogor, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) mengakui saat ini sejumlah negara, termasuk Indonesia punya ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan untuk transaksi antar negara, tak jarang transaksi harus melakukan penukaran terlebih dulu ke dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono menjelaskan, itulah salah satu tujuan dari Cross Border Payment yang akan dibentuk melalui penggabungan inisiatif ASEAN Connectivity Payment dan Local Currency Settlement (LCS).

Untuk diketahui, LCS adalah penyelesaian transaksi bilateral antar dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara di mana settlement transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing.

"Awalnya (inisiatif) LCS bukan dari payment, tapi dari perdagangan internasional. Tadinya kita melakukan perdagangan internasional di banyak negara, sangat banyak. Tapi sebagian besar itu di-settle dengan US dollar," kata Erwin dalam Taklimat Media di Nusa Dua, Bali, Kamis, 14 Juli 2022.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Ketika terjadi fluktuasi dolar AS yang sangat kencang, maka transaksi antar negara itu pun akan terpengaruh. Maka dari itu, dinilai perlu ada diversifikasi mata uang global.

"Karena emang kita tergantung pada satu mata uang. Jadi dua inisiatif internasional ini untuk mulai menggunakan diversifikasi mata uang global," kata dia.

Ia mencontohkan, ekspor impor Indonesia dengan Thailand sebelum ada LCS, harus menukar terlebih dahulu ke dolar AS.

"Jadi kalau misalkan Indonesia ekspor impor dengan Thailand ketimbang rupiah terus ditukar dolar kemudian (baru bayar ke) ke Thailand. Nah kenapa enggak langsung aja," katanya. 

Sejauh ini, dalam uji coba Cross Border Payment, eksportir dan importir sudah merasakan manfaatnya. Nah, saat ini, manfaat tersebut seharusnya bisa dirasakan juga oleh konsumen.

"LCS itu dikembangkan untuk payment. Jadi kalau eksportir dan importir mendapatkan efisiensi gain dari LCS itu, harusnya si konsumer juga bisa. Nah, Idea LCS itu dikawinkan dengan Asean Connectivity. Jadi selain menguatkan konektivitas sistem pembayaran di negara-negara Asean itu juga nanti settlement-nya nanti tidak usah lewat dolar AS," tuturnya.

"Jadi langsung saja. Indonesia ke Thailand (pakai mata uang masing-masing negara). atau Indonesia ke Malaysia Ringgit, tidak harus lewat US Dollar," tambah dia.