BI Siap Naikkan Suku Bunga Acuan Jika Kondisi Ini Terjadi

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan arah kebijakan moneter yang akan diambil ke depan. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, telah disepakati untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI-7 Days Repo Rate di angka 3,5 persen. 

Deputi Gubernur BI, Juda Agung mengatakan, pihaknya akan tetap mewaspadai tekanan inflasi dan dampaknya, serta perkiraan inflasi ke depan. Kebijakan menaikkan suku bunga akan diambil jika inflasi inti terdeteksi lebih tinggi. 

"BI siap untuk menaikkan suku bunga jika ada tanda-tanda inflasi inti yang lebih tinggi terdeteksi," kata Juda dalam International Seminar on Central Bank Policy Mix 2022 rangkaian 3rd FCMBG-FCBD G20 di Bali, Rabu 13 Juli 2022.

Juda Agung.

Photo :
  • istimewa.

Untuk diketahui, inflasi inti pada Mei 2022 melambat menjadi 2,58 persen year on year (yoy) dibanding April 2022 yang mencapai 2,6 persen yoy.

BI, lanjut Juda, terus menjaga kecukupan likuiditas untuk mendukung pembiayaan perekonomian dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Langkah kedua adalah kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong pembiayaan untuk perekonomian dan untuk mengatasi scarring effect econoomy.

"Ketiga, kebijakan stabilisasi nilai tukar diarahkan untuk mencapai stabilitas rupiah yang dapat mendukung pertumbuhan dan mengendalikan inflasi. Ini dilakukan dengan Triple Intervention di pasar spot, DNDF dan pembelian SBN dari pasar sekunder di tengah ketidakpastian pasar keuangan global," paparnya.

Keempat, Juda mengatakan BI juga akan melakukan percepatan digitalisasi sistem pembayaran. Ini akan terus digalakkan sehingga akan merangsang kegiatan ekonomi dan menjadi mesin penggerak pemulihan ekonomi.

"Hal ini dilakukan melalui beberapa inisiatif seperti QRIS, BI Fast, dan sebagainya," katanya.

BI juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah serta instansi terkait melalui tim pengendalian inflasi nasional dan daerah (TPID & TPID) untuk mengelola tekanan inflasi dari sisi penawaran dan meningkatkan produksi. 

"Selanjutnya, Bank Indonesia terus membangun kebijakan moneter dan fiskal koordinasi dengan Pemerintah untuk menjaga stabilitas markoekonomi dan mendukung proses pemulihan ekonomi nasional," tuturnya.