Survei Danareksa: Kenaikan Harga Energi Sudah Dirasakan Masyarakat
- Pertamina
VIVA – Survei Danareksa Research Institute (DRI) pada Mei 2022 menunjukkan, dari dinamika global yang terjadi saat ini. Kenaikan harga khususnya energi, sudah dirasakan oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Meski demikian, pengetahuan masyarakat terkait penyebab kenaikan harga tersebut mayoritas belum mengetahui apa penyebab kenaikan tersebut. Dengan itu DRI menyarankan untuk perlu dilakukannya sosialisasi dari pemerintah.
“Perlu sosialisasi rencana pemerintah untuk menaikan harga energi seperti Pertalite, solar, LPG 3 kg, dan TDL. Saat ini baru sebagian kecil masyarakat yang sudah mengetahui,” kata DRI dalam laporannya, Jumat 17 Juni 2022.
Baca juga: Rakernas Usai, Ini 3 Calon Presiden Usungan Partai Nasdem
Adapun untuk harga tarif listrik masyarakat yang baru mengetahui rencana kenaikan tersebut sebesar 39,97 persen. Kemudian harga gas 3 kilogram (kg) sebanyak 37,06 persen, harga pertalite 32,48 persen, dan harga solar 25,81 persen.
Selain itu berdasarkan survei, meskipun harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi meningkat. Mayoritas pengguna BBM nonsubsidi tidak beralih ke produk lain.
“Saat ini kenaikan harga BBM belum berdampak banyak pada kenaikan harga. Sehingga mayoritas masyarakat belum melakukan perubahan pola konsumsi,” jelasnya.
Pun sebanyak 26 persen masyarakat telah melakukan substitusi penggunaan BBM yang berbeda dari biasanya digunakan. Dan dari kenaikan harga BBM juga belum meningkatkan rencana masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
“Menunjukkan bahwa transportasi umum belum dapat menjadi alternatif pilihan masyarakat," terangnya.
Lebih lanjut, dari survei Mei 2022 tersebut juga kenaikan harga BBM telah mempengaruhi keputusan rumah tangga untuk melakukan mudik dan liburan.
“Di tengah ketidakpastian harga, masih banyak konsumen yang tetap optimis. Dan tidak khawatir karena dampak inflasi yang terkendali,” jelas survei tersebut.
Sementara itu, untuk pola konsumsi masyarakat terfokus pada kebutuhan sekunder dan tersier. Sedangkan konsumsi primer masih relative terjaga.
Untuk adaptasi masyarakat di tengah kenaikan harga yaitu dengan, mengurangi pembelian makanan dan minuman di luar sebanyak 58,47 persen, mengurangi aktivitas hiburan 52,90 persen, dan mengurangi belanja pakaian 48,84 persen.