Bandara Banyuwangi Masuk Jajaran 20 Arsitektur Terbaik Dunia

Arsip foto - Calon penumpang berjalan di kawasan Bandara Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 14 Maret 2021.
Sumber :
  • ANTARA/Budi Candra Setya

VIVA – Bandar Udara Banyuwangi, Jawa Timur, masuk jajaran 20 besar bangunan dengan arsitektur terbaik pada ajang Aga Khan Awards For Architecture (AKAA) tahun 2022.

Laman resmi AKAA merilis nama 20 nominator yang berhasil mengadakan 463 proyek arsitektur lainnya dari berbagai belahan dunia.

Bandara hijau di Banyuwangi ini bersaing dengan 20 karya arsitektur lain dari 16 negara.

"Ini kebanggaan. Bandara Banyuwangi masuk ke kompetisi arsitektur kelas dunia, bersanding dengan puluhan karya arsitektur lain dari berbagai negara," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa, 7 Juni 2022.

AKAA merupakan penghargaan tertua pada bidang arsitektur yang dapat dilaksanakan setiap tiga tahun sekali.

Bandara Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis, 14 Juni 2018.

Photo :
  • Dok. Humas Pemkab Banyuwangi

Karya yang masuk dalam merespons tidak hanya menampilkan keunggulan arsitektur, namun juga aspirasi budaya, mendukung konservasi dan peningkatan kualitas lingkungan.

Penghargaan ini tidak hanya memberikan apresiasi kepada arsitek, tetapi juga klien, perajin ahli dan semua pihak yang telah memainkan peran penting dalam realisasi proyek.

Selain Bandara Banyuwangi yang mewakili Indonesia, sebanyak 20 karya arsitektur masuk ke antara lain Wafra Wind Tower dari Kuwait, Tulkarm Courthouse dari Palestina, Flying Saucer Rehabilitation dari Uni Emirat Arab, dan Le Jardin d'Afrique dari Tunisia.

Selanjutnya, tim juri AKAA 2022 akan berkunjung dan melakukan penilaian untuk menetapkan pemenang yang berhak mendapatkan hadiah senilai 1 juta dolar AS sebagai bentuk penghargaan terbesar di bidang arsitektur.

Bandara Banyuwangi yang terletak di Desa/Kecamatan Blimbingsari dibangun dengan kolaborasi bersama arsitek Andra Matin.

Bandara Banyuwangi menarik perhatian dunia bukan hanya karena desainnya yang mengadopsi bentuk ikat kepala Suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi), namun juga bangunannya yang berkonsep hijau dan ramah lingkungan (green building).

"Bandara ini menjadi bandara hijau pertama di Indonesia," kata Ipuk.

Konsep itu terlihat dari atap terminal bandara yang ditanami tanaman, konservasi udara dan sunroof yang menjadi sumber cahaya alami pada siang hari. Atap bangunannya juga menunjukkan pembagian yang jelas antara terminal keberangkatan dan kedatangan. Untuk memenuhi syarat dipertimbangkan dalam penghargaan AKAA 2022, kata Ipuk, proyek arsitektur harus diselesaikan antara rentang waktu 1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2021 dan telah digunakan minimal selama satu tahun.

AKAA didirikan oleh Aga Khan pada tahun 1977 untuk mengidentifikasi dan mengapresiasi konsep arsitektur yang berhasil mewadahi keperluan dan aspirasi masyarakat.

Sejak diluncurkan 45 tahun silam, kurang 121 proyek telah menerima penghargaan dan hampir 10.000 proyek telah berhasil. (ant)