Pilih Banyak Buka Gerai di Luar Pulau Jawa, Ini Alasan Alfamidi

RUPST Alfamidi 2022.
Sumber :
  • VIVA/sherly

VIVA – Daya beli masyarakat yang ada di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang) yang tidak meningkat, membuat pihak PT Midi Utama Indonesia Tbk atau Alfamidi memilih membuka ratusan gerainya di luar pulau Jawa.

Direktur PT Midi Utama Indonesia Tbk, Lilik Setiabudi mengatakan, untuk tahun ini, kurang lebih sebanyak 200 gerai alfa baru yang akan hadir di luar pulau Jawa.

"Akan ada 200 outlet di 11 cabang yang sudah ada. Secara proposi, gerai hadir terutama di luar Jawa, karena situasi daya beli relatif lebih bagus dibanding Jabodetabek, karena Jabodetabek itu alami persoalan banyak, seperti penutupan industri," kata lilik saat menggelar Rapat Usaha Pemegang Saham (RUPS) di Tangerang, Rabu, 25 Mei 2022.

Baca juga: Mau Masuk Pialang Berjangka, Bappebti Ingatkan Ini ke Nasabah

Selain itu, Lilik menjelaskan lebih bagusnya tingkat daya beli masyarakat di luar pulau jawa, karena adanya bisnis batu bara, sawit, yang kini tengah meningkat tajam. 

Sementara itu, dalam rapat juga telah disepakati, selain adanya pembukaan gerai, ritel tersebut juga akan membagikan deviden tunai sebesar 30 persen atau senilai Rp82,5 miliar.

Direktur Keuangan PT Midi Utama Indonesia Tbk, Suantopo Po mengatakan, deviden akan dibagikan secara tunai 30 persen dari laba tahun 2021.

"Kita bagikan tunai di bulan Juni dengan nilai Rp82,5 miliar atau Rp28,65 per saham," ujarnya.

RUPST Alfamidi

Photo :
  • Dokumentasi Alfamidi.

Dalam pembukuannya, pertumbuhan tahunan pada 2021 lebih rendah daripada 2020 yang mencapai 8,90 persen.

"Untuk pertumbuhan lebih rendah karena oleh kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih terdampak oleh pandemi COVID-19," ungkapnya.

Meski terjadi perlambatan pertumbuhan pendapatan, pihaknya membukukan kenaikan laba bersih 37,42 persen menjadi sebesar Rp275,22 miliar pada 2021 dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp200,27 miliar.

Peningkatan profitabilitas pada 2021 dikontribusikan oleh efisiensi beban operasional, serta perbaikan manajemen modal kerja sehingga menurunkan beban bunga pinjaman pada 2021 dibandingkan dengan 2020.