AS-Kanada-Inggris Walk Out dari Pertemuan G20, Ini Respons Sri Mulyani
- VIVA/Anisa Aulia/tangkapan layar.
VIVA – Sejumlah pimpinan negara barat anggota G20 yaitu Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris keluar atau walk out dari pertemuan kedua Menteri Keuangan dan Bank Sentral dari rangkaian G20 di Washington DC, Rabu waktu setempat atau Kamis waktu Indonesia.
Aksi walk out yang dilakukan ketiga negara tersebut terjadi ketika Rusia berbicara dalam pertemuan tersebut.
Sebelumnya AS dan anggota G20 lainnya telah meminta Indonesia sebagai pemegang Presidensi tahun ini untuk melarang Rusia menghadiri pertemuan G20 karena invasi yang dilakukannya. Namun, Indonesia dalam hal ini tetap mengizinkan Rusia untuk berpartisipasi dalam gelaran G20.
Menanggapi aksi pimpinan AS, Kanada, dan Inggris tersebut, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya memahami atas aksi yang dilakukan dari ketiga negara tersebut. Menurutnya, itu bukanlah suatu kejutan bagi dirinya.
“Kami memahami bahwa ada beberapa skenario, pertama terkait bagaimana negara G7+ akan merespons kehadiran pertama Rusia dan pada saat mereka berintervensi atau berbicara. Jadi ini bukan suatu kejutan bagi kita semua terutama bagi kami sebagai pimpinan sidang,” jelas Ani sapaan akrabnya dalam G20 Press Conference, Kamis, 21 April 2022.
Menurutnya, walk out negara-negara Barat tersebut tidak mengganggu atau tanpa menciptakan permasalahan terhadap diskusi yang sedang berlangsung. “Ini dilakukan tanpa mendisrupsi dalam hal ini tanpa menciptakan permasalahan terhadap diskusi kita, yang terkait dengan substansinya sendiri,” terangnya.
Selain itu, Ani menuturkan perang yang terjadi di Ukraina tersebut membuat banyak negara mengutuk tindakan yang dilakukan oleh Rusia. Semua negara menekankan pentingnya untuk terus mempertahankan kerja sama G20 dan pentingnya multilateralisme.
Lebih lanjut, Ani membahas pentingnya tanggung jawab bersama dalam mengatasi tantangan ekonomi yang saat ini terjadi. Di mana, saat ini dunia juga belum pulih dari situasi pandemi COVID-19. Ditambah lagi, kini dunia tengah menghadapi kenaikan harga energi, bahan pangan, pupuk, serta bahan baku mineral dan komoditas mineral lainnya.
“Ini tentu saja akan menciptakan tugas yang sangat sulit bagi pembuat kebijakan bagaimana kita dapat terus mendukung terhadap proses pemulihan. Pada saat inflasi meningkat sangat cepat di banyak negara dan akan memaksa respons otoritas moneter beraksi,” ujarnya.
Ani menyampaikan bahwa G20 merupakan forum yang penting untuk melakukan kerja sama ekonomi dan membahas terkait risiko yang terjadi saat ini akibat hal tersebut.