Biosolar Langka, Pimpinan DPD Duga Terkait Kenaikan Harga Ekspor CPO
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Kasus kelangkaan BBM jenis biosolar saat ini diduga erat kaitannya dengan kenaikan harga minyak sawit atau CPO di pasar ekspor.
Demikian dikatakan Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin menanggapi kelangkaan biosolar yang terjadi secara luas di beberapa daerah di Tanah Air.
"Kasus kelangkaan biosolar ini harus dilihat secara menyeluruh, baik akibat faktor eksternal yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia dan faktor internal yakni kebijakan B30 yang bahan bakunya adalah CPO atau minyak sawit," kata Sultan dalam keterangannya, Senin, 4 April 2022.
Baca juga: Terobosan Subholding Upstream Pertamina Kerja Target Produksi 2022
Mantan Ketua HIPMI Bengkulu itu khawatir bahwa pola kelangkaan biosolar ini akan bernasib sama dengan kelangkaan minyak goreng pada beberapa waktu yang lalu.
Ia berharap kelangkaan biosolar ini bukan skema pra kondisi untuk merevisi Keputusan Menteri ESDM No. 125.K/ HK.02/ MEM.M/ 2021 tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan.
"Kami sangat mengkhawatirkan hal itu, karena saat ini porsi konsumsi BBM Solar bersubsidi mencapai 93 persen dari total konsumsi jenis BBM Solar. Sementara BBM Solar non subsidi konsumsinya hanya mencapai 7 persen. Di saat yang sama disparitas (selisih) harga antara BBM Solar subsidi dan non subsidi kian tinggi," ujarnya.
Menurut hitung-hitungan Pertamina, selisih harga saat ini mencapai Rp7.800 per liter. Pemerintah bisa saja berpikir untuk memangkas subsidi BBM jenis biosolar ini dengan alasan kelangkaan.
Menurut Sultan, secara bisnis, Pertamina tentu berkepentingan untuk menjaga kelangsungan neraca keuangannya yang dibebani oleh tugas dari pemerintah.
"Permintaan CPO yang tinggi di pasar ekspor sepertinya cukup membebani biaya produksi biosolar atau menunaikan tugas kebijakan B30 pemerintah," imbuhnya.