Airlangga: Performa Ekspor Membaik, Sinyal Positif Industri Manufaktur
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2022 mencatatkan performa impresif setelah menunjukkan pertumbuhan sebesar 25,31 persen year on year (yoy), sehingga ekspor Januari 2022 menjadi sebesar US$19,16 miliar.
Kinerja positif ekspor itu juga sejalan dengan laporan IHS Markit yang menyebutkan bahwa pesanan barang ekspor Indonesia di Januari 2022 merupakan rekor kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan periode bulan Januari sejak survei dijalankan.
“Berbagai indikator termasuk laporan dari IHS Markit tersebut menjadi sinyal positif bagi output manufaktur. Terbukti, saat ini tercatat ekspor Industri pengolahan meningkat 31,16 persen yoy menjadi sebesar US$15,71 miliar. Ke depan, dengan prospek permintaan yang semakin bertumbuh, maka output perekonomian juga akan terus meningkat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dikutip dari keterangannya, Kamis 17 Februari 2022.
Selain itu, prospek penguatan output perekonomian juga ditunjukkan oleh level Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang terus berada pada level ekspansif. Pada Januari tercatat, PMI Indonesia berada pada level 53,7 atau melanjutkan level ekspansi selama lima bulan berturut-turut.
“Level PMI tersebut juga mengungguli beberapa negara ASEAN seperti Thailand 51,7, Filipina 50,0, dan Myanmar 48,5,” ujarnya.
Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada Januari 2022 juga meningkat menjadi sebesar US$18,23 miliar, yakni tumbuh sebesar 36,77 persen yoy.
“Peningkatan impor Januari 2022 menunjukkan prospek akselerasi pemulihan ekonomi karena komponen utamanya berasal dari aktivitas produksi domestik yang terus menggeliat. Terbukti, impor bahan baku penolong dan barang modal tumbuh menguat, masing-masing dengan pertumbuhan sebesar 39,57 persen yoy dan 41,94 persen yoy,” jelasnya.
Ia melanjutkan, kinerja positif pada ekspor dan impor juga dilanjutkan dengan kabar menggembirakan pada neraca perdagangan Indonesia yang masih melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 atau selama 21 bulan berturut-turut.
Prospek neraca perdagangan ke depan dihadapkan pada berbagai risiko yang harus diwaspadai. Salah satunya yaitu dengan meningkatnya risiko geopolitik antara Rusia dan Ukraina, maka diperkirakan harga komoditas energi akan mengalami peningkatan.
Sementara itu, pada impor kenaikan harga minyak mentah diperkirakan akan mendorong kenaikan impor migas. Namun, di sisi lain harga komoditas batu bara juga akan naik sehingga ekspor Indonesia juga akan terdorong naik.
Adapun dengan masih tingginya harga minyak kelapa sawit yang merupakan salah komoditas ekspor utama, maka secara umum neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan tetap positif ke depannya.
“Kinerja positif pada perdagangan internasional Indonesia akan terus dipertahankan bahkan didorong untuk ditingkatkan. Pemerintah akan mengerahkan berbagai strategi dan kebijakan guna mengoptimalkan performa neraca perdagangan yang sudah baik ini,” ujar Airlangga.
“Strategi utama Pemerintah akan tetap diselaraskan dengan pengendalian COVID-19 sehingga aktivitas ekonomi akan tetap tumbuh, di saat yang sama kerja sama ekonomi internasional akan terus digencarkan guna menciptakan diversifikasi negara tujuan ekspor. Terakhir, program hilirisasi akan menjadi kunci peningkatan nilai tambah ekspor,” lanjutnya.