Kakao Jembrana Bali Mendunia, 2022 Ditargetkan Masuk Pasar Prancis
- Dokumentasi LPEI.
VIVA – Komoditas kakao Jembrana, Bali memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kakao produksi daerah tersebut terkenal dengan fermented cocoa bean atau biji kakao fermentasi.
Kakao komoditas yang dikembangkan desa itu juga merupakan hasil dari Desa Devisa pertama yang mendapat pendampingan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/ Indonesia Eximbank. Penjualannya pun telah tembus pasar ekspor.
Pelatihan dan pendampingan yang diberikan LPEI kepada para petani kakao, anggota dan pengurus koperasi yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS). Yang diketahui merupakan cikal bakal Desa Devisa Kakao Jembrana yang berlokasi di Desa Nusasari, Kabupaten Jembrana, Bali.
Ketua Koperasi KSS, I Ketut Wiadnyana mengungkapkan, selama 2021, salah satu kendala kesulitan yang dihadapi para petani kakao di Jembrana adalah penurunan tingkat produksi. Hal ini dikarenakan oleh faktor perubahan iklim, terutama dampak dari fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan yang sangat tinggi.
Sehingga lanjutnya, mengakibatkan rontoknya bunga dan bakal buah yang layu karena curah yang tinggi dan kondisi kebun yang lembab. Volume biji kakao kering fermentasi yang dihasilkan mengalami penurunan sangat signifikans dari 48 ton (di tahun 2020) ke posisi 24 ton (di tahun 2021).
Namun dia menegaskan, hal tersebut tidak mematahkan semangat juang para petani dan pengurus Koperasi KSS untuk terus mencari potential buyer dari luar negeri. Pada 2021 Koperasi KSS berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara wilayah Eropa yaitu Belgia dan Belanda, Jepang, dan Amerika Serikat dengan total pengiriman mencapai 12,5 ton.
Jika dibandingkan dengan sebelumnya pada tahun 2020, Koperasi KSS di tahun 2021 ini mendapatkan peluang untuk masuk ke pasar Amerika Serikat.
“Peluang bagi kami di Koperasi KSS untuk bisa masuk ke pasar Amerika dan sekaligus juga tantangan yang dihadapi oleh Koperasi antara lainnya berkaitan dengan adanya pemenuhan aturan Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat," ujar I Ketut dikutip dari keterangannya, Minggu, 2 Januari 2022.
"Tapi kami bangga karena mampu menembus pasar Amerika di tengah kondisi pandemi seperti saat ini,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, pada tahun ini, KKS mentargetkan setidaknya hasil produksi biji kakao fermentasi kering mencapai 75 ton.
"Kami juga sedang melakukan beberapa persiapan untuk ekspor ke Valrhona, Prancis,” ungkapnya.
Sementara itu, Corporate Secretary LPEI, Agus Windiarto menyampaikan, meski di tengah situasi pandemi, LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan melalui program Jasa Konsultasi tetap aktif melakukan pendampingan secara intensif.
Khususnya terhadap Desa Devisa binaan untuk mencari solusi terhadap apapun kendala yang mereka hadapi.
“Semoga di tahun 2022 komoditas Indonesia dapat terus meningkatkan daya saing di pasar global dan menghasilkan eksportir-eksportir baru melalui program Jasa Konsultasi LPEI,” ungkap Agus Windiarto.