Penetrasi Digital Naik Tapi Pendapatan Per Kapita RI Turun, Ada Apa?

Ilustrasi integrasi digital.
Sumber :
  • INSEAD Knowledge

VIVA – Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia mengungkapkan bahwa penetrasi digital terhadap perekonomian Indonesia masih rendah. Meskipun perkembangannya pesat.

Founder & Ekonom Senior CORE Hendri Saparini mengatakan, ini tergambar dari turunnya pendapatan per kapita di Indonesia yang turun, berdasarkan penilaian Bank Dunia.

Bagi negara-negara lain, penetrasi digital ini menurutnya mampu meningkatkan produk domestik bruto (PDB) per kapita melejit seiring makin tingginya penetrasi internet.

Baca juga: Jokowi: Tak Ada Toleransi Bagi Pelayanan Publik yang Lambat

"Tapi negara lain, peningkatan percepatan penetrasi internet tidak berpengaruh terlalu signifikan terhadap peningkatan PDB per kapita seperti misalnya di Indonesia," kata dia dalam Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021, Rabu, 29 Desember 2021.

Sebagai informasi, dalam laporan bertajuk 'New World Bank country classifications by income level: 2021-2022,' Bank Dunia gross national income (GNI) per kapita dalam dolar AS Indonesia turun.

Dalam acuan baru, GNI untuk negara berpendapatan menengah atas ditetapkan sebesar US$4.096 -12.695 dari sebelumnya pada tahun lalu US$4.046 -12.535. 

Sementara itu, negara berpendapatan menengah ke bawah berubah menjadi US$1.046 – 4.095 dari US$1.035 – 4.045. Sedangkan tinggi ditetapkan GNI-nya lebih dari US$12.695 dari US$12.535.

"Justru kita turun dari yang tadinya masuk upper middle income country sekarang jadi lower middle income country. Artinya ada banyak faktor-faktor lain yang harus jadi catatan kita agar apa yang terjadi atau digitalisasi yang makin cepat ini memberi manfaat signifikan," tegasnya.

Ilustrasi startup fintech.

Photo :
  • Entrepreneur

Hendri menganggap salah satu penyebab rendahnya penetrasi digital ke ekonomi Indonesia ini adalah akibat pemanfaatannya sebagian besar untuk kegiatan sosial hingga entertainment.

"Artinya perlu ada perubahan mindset dan strategi kebijakan agar peningkatan penetrasi internet juga diikuti peningkatan kue ekonomi yang lebih besar di semua kelompok masyarakat sehingga pendapatan per kapita meningkat dan kesenjangan tidak bertambah," papar dia.

Dari sisi e-commerce diakuinya memang tumbuh luar biasa, penggunanya pun masyarakat Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. Tapi baru sebatas pemanfaatan jasa, seperti perdagangan dengan digital. 

"Ini baru dari sisi jasa, kita perlu dorong dari sisi produksinya. sebagian besar e-commerce, sebagian besar produknya impor karena kita tidak siap dari sisi supplynya. Ini kita perlu ada strategi yang lebih komprehensif," tegas Hendri.

Keberadaan e-commerce yang meningkat ini menurutnya harusnya bisa mendorong permintaan kelompok bawah, tidak hanya produk konsumsi tapi memperbaiki struktur ekonomi dan industri.

"Jadi jangan adanya digitalisasi perdagangan yang memudahkan dan bermanfaat berbagai sektor produk, bahan baku misalnya, yang justru tidak dimanfaatkan dari dalam negeri," ungkap dia.