Transisi Energi, Investasi Kelistrikan Butuh US$25 Miliar Per Tahun
- Dok. Pertamina NRE
VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan bahwa langkah untuk menuju ke arah transisi energi secara menyeluruh memang memerlukan investasi yang sangat besar.
"Total investasi sektor kelistrikan diproyeksikan sebesar US$1 triliun pada tahun 2060, atau US$25 miliar per tahun," kata Arifin dalam telekonferensi, Selasa 21 Desember 2021.
Namun, dia juga menekankan bahwa besarnya kebutuhan investasi di sektor kelistrikan tersebut, memang harus disiasati dengan sejumlah cara seperti misalnya dengan mengembangkan teknologi.
Baca juga: Menkeu: Defisit Keseimbangan Primer November 2021 Turun 51,8 Persen
"Diharapkan, dengan dukungan teknologi yang kompetitif kita dapat menekan jumlah investasi tersebut," ujarnya.
Arifin menambahkan, untuk mendorong langkah-langkah transisi energi tersebut, Kementerian ESDM juga telah mengesahkan 'Green RUPTL' dengan rencana pengembangan pembangkit EBT sebesar 20,9 Gigawatt (GW), atau 51,6 persen dari total kapasitas pembangkit yang akan dibangun hingga 2030 mendatang.
Di samping itu, direncanakan sejumlah hal lain seperti misalnya de-dieselisasi PLTD menjadi PLTS, dan co-firing biomassa sehingga diharapkan akan tercapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.
Di sisi lain, Arifin juga menjelaskan pengembangan pembangkit EBT juga harus memperhitungkan sejumlah hal, yakni keseimbangan antara supply dan demand, kesiapan sistem, aspek ekonomi, serta harus diikuti dengan kemampuan domestik untuk memproduksi industri EBT.
"Sehingga Indonesia tidak hanya menjadi importir teknologi EBT saja," kata Arifin.
"Karena melalui pengembangan pembangkit EBT, diproyeksikan hal itu dapat mengurangi emisi secara signifikan khususnya setelah tahun 2040 pada saat selesainya kontrak pembangkit fosil," ujarnya.