Hal Ini yang Membuat Masyarakat Tertunda Pindah ke Bank Syariah

Logo Bank Syariah Indonesia (BSI)
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengungkapkan, masih banyak masyarakat yang ingin memindahkan institusi layanan perbankan konvensional yang digunakannya ke layanan perbankan syariah.

Direktur Finance and Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan, ini tergambar dari survei yang dilakukannya, di mana 43 persen dari total populasi Muslim di Indonesia masih tertarik menggunakan produk syariah.

"Ini sebetulnya ada 43 persen masyarakat Indonesia yang katanya mau ke bank syariah," kata dia di acara BSI Market Outlook 2022, Selasa, 7 Desember 2021.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Tugas Pertamina pada Komitmen Climate Change RI

Meski demikian, dia menekankan, persentase masyarakat tersebut baru menyatakan tertarik saja terhadap produk perbankan syariah, namun belum betul-betul mau pindah, sebab belum tertarik pada layanan produknya.

"Tapi baru mau aja karena bank syariahnya tidak melayani dengan baik, jadi yang ke kami baru 7 persennya. Jadi kami sangat sadar demandnya ada," tutur Ade.

Oleh sebab itu, dia menekankan, yang masih menjadi sumber masalah dari belum masuknya masyarakat ke sistem perbankan syariah adalah dari sisi supplynya. Karenanya bank syariah perlu berbenah.

"Yang salah bukan demandnya tapi yang salah supplynya artinya bank syariah ini memang belum bisa memenuhi demand mereka sehingga sampai saat ini mereka masih ber bank konvensional," tegas dia.

Ilustrasi keuangan syariah

Photo :
  • Halomoney

Secara umum, Ade mengungkapkan, persoalan yang menghadapi bank syariah ini pada dasarnya masih seputar hal-hal yang realistis seperti imbal hasil dari pendanaan hingga keuntungan pembiayaan.

"Mungkin ini menggambarkan kebutuhan bapak ibu sekalian ingin ke bank syariah tapi BSI rate dolarnya enggak bagus, pricing pembiayaannya mahal, jadi ini yang akan kita perbaiki ke depannya," ucapnya.

Meski demikian, Ade mengingatkan, bank syariah sendiri merupakan satu-satunya institusi bank yang profit atau keuntungan bisnisnya wajib bayar zakat. Inilah yang kemudian seringkali membentuk struktur biaya layanan di bank syariah.

Menurutnya, porsi zakat yang paling besar berasal dari nasabah. Dalam sebulan, Ade mengungkapkan zakat dari para nasabah bisa mencapai Rp8-10 miliar melalui layanan aplikasi BSI. Besaran zakat ini lebih besar dari zakat institusi.

"Per bulan kita bisa menghimpun Rp8-10 miliar. Kali setahun itu Insya allah Rp120 miliar, itu dari nasabah. Terus terang ini lebih gede dari BSI yang tahun ini perusahaan Rp100 miliar berdonasi," ungkapnya.