Cadangan Melimpah, RI Butuh Inisiatif Kejar Target Produksi Migas

Ilustrasi pekerja lakukan pengeboran.
Sumber :
  • Company Profile Medco Energi 2010

VIVA – Indonesia diyakini memiliki potensi cadangan minyak dan gas bumi (migas) menjanjikan. Sehingga, butuh keberpihakan dalam menemukan cadangan tersebut dengan berbagai instrumen yang sudah disediakan oleh pemerintah.

Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, menegaskan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan penurunan produksi migas atau bahkan meningkatkan produksi adalah dengan menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR). 

Menurut dia, berbagai hal pendukung yang dibutuhkan pelaku usaha terapkan EOR sudah disediakan oleh pemerintah. Sementara dari sisi teknologi juga sudah tersedia sehingga tersisa hanyalah keinginan mengimplementasikannya.

Baca juga: Mencekam, Insiden Batik Air Rute Jakarta-Padang Beredar di Medsos

“Langsung diterapkan (EOR) teken kontrak dengan vendornya (mitra) apalagi ini konsepnya 'No Cure No Pay' dicontoh saja kontrak yang ada, simple kalau sudah ada contoh real yang sudah berhasil,” kata Djoko, dalam keteranganya dikutip Jumat 26 November 2021.

Diketahui, Pemerintah telah memetakan 34 lapangan migas menjadi kandidat lokasi proyek EOR. Proyek EOR merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030. 

Adapun ke-34 kandidat lapangan tersebut adalah Rantau, Bangko, Bekasap, Kulim, Balam South, Petani, Pematang, Zamrud, Beruk, Pedada, Pusak, Sago, Limau Q51, Ramba, Belida, Melibur, Gemah, Makmur, Jirak, Kaji, Semoga, Iliran High, Rama, Krisna, Widuri, E-main, Zulu, MQ, Jatibarang, Mudi, Sukowati, Tanjung, Handil dan Gundih.

Inisiasi terapkan EOR dengan menginjeksikan CO2 saat ini secara intensif sedang dikaji di lapangan Sukowati dan Gundih. Kemudian EOR memanfaatkan bahan kimia atau chemical EOR sebagai salah satu strategi utama meningkatkan produksi minyak, dan juga sudah dilakukan di lapangan Tanjung. 

Kini kelanjutan pilot project di sana adalah untuk temukan bahan kimia yang tepat dan sesuai dengan karakteristik reservoir sehingga bisa diterapkan secara penuh (full scale).

Sementara untuk chemical EOR lainnya juga sudah diterapkan di blok Rokan ketika masih dioperatori oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI). Penerapan chemical EOR tersebut rencananya akan kembali dilakukan oleh Pertamina melalui afilisasinya sebagai operator di Rokan yakni Pertamina Hulu Rokan (PHR). 

Rencananya PHR akan sodorkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek EOR-nya pada Januari 2022.

Pengeboran Step Out oleh Pertamina EP di Subang Field.

Photo :
  • Dok. Pertamina EP

Menurut Djoko, data yang ada menunjukkan potensi untuk meningkatkan produksi migas cukup besar, sehingga pelaku usaha tinggal putuskan di mana lokasi yang tepat untuk dilakukan penerapan EOR tersebut. 

“Inisiatif dari vendor dan KKKS tinggal tunjuk aja kan dan kasih info sumur minyak mana yang perlu dinaikan produksinya,” tegas Djoko.

Kebutuhan akan penemuan cadangan migas baru ini cukup mendesak sebab realisasi produksi migas nasional terus alami penurunan. Terlebih umur sumur-sumur produksi migas Tanah Air terutama minyak sudah tidak lagi muda.

SKK Migas sendiri sudah mencanangkan target produksi minyak sebesar 1 juta Barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. 

Guna membahas target tersebut, lembaga ini akan menyelenggarakan The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG 2021) yang akan diselenggarakan secara hybrid dari 29 November sampai 1 Desember 2021.

Acara ini akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan menghadirkan lebih dari 120 narasumber, termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir.

Kegiatan ini terbuka untuk publik luas secara virtual melalui https://www.iogconvention.com