Di KTT APEC, Jokowi Ingatkan Rantai Pasok Dunia Harus Lebih Merata
- Biro Pers Sekretariat Presiden
VIVA – Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (KTT APEC) merekomendasikan banyak hal dalam pertemuan antara pemimpin negara di antar kawasan tersebut. Salah satunya yang disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengenai pertumbuhan ekonomi secara global.
Menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Kristalina menyampaikan pandangan IMF bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik akan lebih tinggi sedikit dibanding pertumbuhan dunia.
“Di mana negara-negara APEC akan tumbuh sedikit di atas itu. Yaitu di atas 6 persen,” ujar Lutfi dalam keterangan persnya, Sabtu 13 November 2021.
Atas prediksi itu, kata Lutfi, sebetulnya juga bisa menyebabkan gangguan ke depannya. Masih dalam paparan IMF, lembaga pemberi utang kepada negara-negara anggotanya itu, bilang ke depan pelaksanaan vaksinasi masih menjadi persoalan. Lutfi mengatakan, IMF menyoroti soal standarisasi vaksin yang mengatur mobilitas masyarakat bepergian.
“Dan ini juga bisa melihat dari perbedaan-perbedaan ekonomi yaitu tentang global supply chain, di mana permintaan pada saat recovery COVID-19 akan jauh lebih tinggi dari pada supply,” ujar Lutfi.
Pada laporan itu disampaikan pula tiga poin penting selain vaksinasi adalah kebijakan kalibrasi ekonomi di kawasan dan transformasi di berbagai sektor ekonomi.
Dalam paparan itu, Presiden pun memberi tanggapan intervensi. Jokowi menekankan, perihal rantai pasok perdagangan dunia jangan hanya dikuasai 1-2 negara saja.
Bukan hanya saat ini saja, ketika pandemi COVID-19 hal itu didengungkan. Tapi produk yang didagangkan dari hulu sampai hilir sebisa mungkin merata.
“Rantai pasok ini adalah sesuatu yang sangat penting. Jangan sampai hanya dikuasai satu atau dua negara, tapi mesti dibikin menjadi lebih merata,” ujar Lutfi menyampaikan pernyataan Presiden.
“Dengan begitu kita akan dapat kekuatan ketangguhan dari rantai pasok dunia yang bisa memastikan bahwa perdagangan dari obat dan vaksin COVID-19 sebagai awal bisa dinikmati oleh seluruh negara di kawasan," sambung Jokowi.