Bos Bio Farma Ungkap Harga PCR Masih Bisa Diturunkan

Honesti Basyir, Direktur Utama Bio Farma
Sumber :
  • Dokumentasi Kominfo.

VIVA – Meski sudah diturunkan, tarif tes PCR COVID-19 masih menjadi sorotan publik di Indonesia saat ini. Sebab dinilai, harga itu masih ada kemungkinan untuk lebih murah lagi.

Merespons hal tersebut Bio Farma bersama Holding BUMN Farmasi akan menghitung ulang atau simulasi terkait tarif layanan tes PCR COVID-19. Perusahaan meyakini masih ada celah untuk menurunkan harga layanan tersebut.

"Ada exercise atau simulasi sederhana yang kami lakukan kemarin, masih ada sebenarnya celah untuk (tes PCR) turun, namun berapa persen penurunannya yang kami belum ketahui, tapi kami masih berusaha untuk melakukan simulasi lagi tersebut," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa, 9 November 2021.

Honesti mencontohkan, pada produk Bio Saliva yang diluncurkan Bio Farma, di mana produk tes PCR dengan cara berkumur ini dapat menurunkan biaya di perlengkapan APD. Karena dalam menjalankan tes PCR Bio Saliva tenaga kesehatan tidak membutuhkan APD lagi.

Selain itu tes PCR dengan menggunakan Bio Saliva bisa dilakukan secara massal. Karena itu, Bio Farma bisa memperkirakan secara tepat volume produksi untuk Bio Saliva.

Baca juga: Erick Thohir Ungkap Sarinah Dibuka Maret 2022

"Cuma kami belum sampai se-detail itu untuk menghitung semuanya, memang ada beberapa biaya yang tidak bisa kita turunkan," ungkapnya. 

"Seperti biaya untuk tenaga kesehatan karena mereka adalah karyawan kami dan memang ada aturannya juga untuk menggaji mereka. Tapi kami berkeyakinan, kita masih punya celah untuk bisa menurunkan harga layanan tes PCR ini," tambahnya.

Lebih lanjut menurutnya, berapa persen penurunan harga tersebut, Bio Farma perlu melakukan exercise lagi. Karena menyangkut nanti kapasitas produksi Bio Farma di mana sampai volume berapa optimal dari penurunan biaya tes PCR itu bisa dilakukan.

Tes PCR Bagi Penumpang Kedatangan Internasional di Bandara Soekarno Hatta

Photo :
  • VIVA/ Sherly

Honesti juga mengungkapkan bahwa kalau contohnya seperti komponen mBioCoV-19 RT-PCR Kit ataupun Bio Saliva yang dikeluarkan Bio Farma itu hanya sekitar 30 persen dari total harga layanan tes PCR. Dan dari sisi distribusi reagen itu hanya sekitar 20 persen, jadi memang tidak terlampau signifikan sebenarnya.

"Kami akan coba exercise lagi mulai dari layanan apakah harga Rp275.000 akan turun ke harga berapa lagi, kemudian bisnis modelnya seperti apa, apakah akan bersifat kerja sama operasional (KSO) dan itu sudah dilakukan sebenarnya," ujarnya. 

"Kita juga seperti Kimia Farma dan Indofarma, mereka sekarang tidak investasi di mesin PCR dan juga dari alat RNA kit-nya, tapi kita memang melakukan KSO. Pada prinsipnya kami setuju dan kami akan coba melakukan exercise, bagaimana keterjangkauan harga tes PCR ini bisa dinikmati oleh masyarakat," katanya. (Ant)