Sarung Tenun Produksi Desa di Gresik Bersiap Diekspor Semester I-2022

Sarung tenun Produksi Desa Devisa Wedani, Gresik.
Sumber :
  • Dokumentasi LPEI.

VIVA – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, menggenjot pembinaan terhadap desa-desa yang memiliki potensi untuk menjadi desa eksportir melalui Program Desa Devisa. Salah satunya yakni desa Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Direktur Eksekutif LPEI James Rompas mengungkapkan,  desa itu menjadi salah satu Desa Devisa Tenun Gresik yang dibina melalui program tersebut. LPEI sendiri sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan bersinergi dengan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Gresik, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perindang (Diskoperindag) Kabupaten Gresik untuk mengembangkan potensi Desa Wedani.

"Program Desa Devisa yang dimiliki LPEI ini bertujuan untuk membangun dan meningkatkan potensi suatu kawasan yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor, diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat mencapai kondisi sosial ekonomi budaya yang lebih baik," ujar James dikutip dari keterangannya, Rabu, 3 November 2021. 

Dia menjabarkan, saat ini terdapat 1.500 orang penenun perempuan memproduksi sarung tenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), yang tergabung dalam kelompok penenun Koperasi Wedani Giri Nata (WGN). Sarung tenun ATBM Desa Wedani merupakan komoditi unggulan dari Desa Devisa Tenun Gresik yang mencerminkan kearifan lokal dengan memiliki unsur kebudayaan setempat.

Baca juga: Ekportir Harus Paham Dokumen Ini agar Makin Cuan, Simak Penjelasannya

Saat ini kapasitas produksi sarung tenun dari Desa Wedani mencapai 146.400 lembar sarung per bulannya. Dengan adanya Program Desa Devisa ini, ditargetkan di Semester I tahun 2022 Koperasi Koperasi Wedani Giri Nata sudah dapat melakukan ekspor perdana. Serta produk yang dihasilkan pun sudah mematuhi standar internasional.

"Dan juga menghasilkan devisa dari kegiatan usaha yang dilaksanakan secara berkesinambungan,” ujarnya.

James Rompas menambahkan, dengan diresmikannya Desa Devisa Tenun Gresik, Desa Wedani menjadi desa ke-24 yang mengikuti Program Desa Devisa LPEI. Sehingga, total penerima manfaat dari program ini telah mencapai 2.774 orang petani atau penenun dan ditargetkan akan terus bertambah ke depannya.

Program Desa Devisa dimulai sejak tahun 2019 dengan Desa Devisa Kakao di Jembrana, Bali menjadi Desa Devisa pertama yang memiliki komoditas unggulan berupa biji kakao difermentasi selanjutnya Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinan ramah lingkungan yang telah mampu melakukan ekspor secara berkelanjutan ke Eropa.

LPEI Dorong program desa devisa.

Photo :
  • Dokumentasi LPEI.

Hingga November tahun 2021 LPEI sudah meresmikan tiga desa devisa yaitu Desa Devisa Agrowisata Ijen Banyuwangi, Kopi Subang, Tenun Gresik, sehingga melalui Program Desa Devisa produk lokal Indonesia dapat mendunia serta memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat setempat. Ke depannya LPEI terus akan bersinergi membangun desa-desa melalui Program Desa Devisa.

Peresmian ini juga dihadiri oleh Bupati Gresik, H. Fandi Akhmad Yani yang turut memberikan apresiasi atas kolaborasi LPEI dengan Pemerintah Kabupaten Gresik, koperasi setempat, antar kementerian lembaga untuk memajukan Desa Wedani.