Laba Bersih BTN Tumbuh 35,3% hingga Kuartal III-2021, Ini Pendorongnya
- Tangkapan layar Zoom.
VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih naik sebesar 35,32 persen hingga kuratal III-2021 yaitu menjadi Rp1,52 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,12 triliun. Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit serta efisiensi biaya dana atau cost of fund (CoF).
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, kinerja positif sepanjang periode Januari-September 2021 tersebut tidak terlepas dari dukungan Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI). Yang, mengeluarkan berbagai kebijakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sehingga membuat industri perbankan dan sektor properti kembali menggeliat.
“Kami optimistis kinerja yang positif ini akan terus berlanjut hingga akhir 2021 dengan berbagai inovasi dan transformasi bisnis yang dilakukan Bank BTN,” ujar Haru dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Keuangan BTN secara virtual, Kamis, 21 Oktober 2021.
Haru menjabarkan, selama periode itu BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp270,27 triliun per 30 September 2021. Capaian itu naik 6,03 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp254,91 triliun.
Baca juga: Dilema Bisnis Pinjol Legal, Dirusak Praktik Ilegal
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BBTN dengan kenaikan sebesar 11,74 persen yoy menjadi Rp129,98 triliun. Kenaikan penyaluran KPR Subsidi tersebut membuat BTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sebesar 86 persen.
Adapun lanjut dia, KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 2,11 persen yoy menjadi Rp81,88 triliun. Sementara di segmen non-perumahan, kredit konsumer dan kredit korporasi juga menunjukkan pertumbuhan positif di level masing-masing sebesar 21,28 persen yoy menjadi Rp5,79 triliun dan 89,77 persen yoy menjadi Rp12,15 triliun.
Lebih lanjut menurutnya, kualitas kredit juga terus menunjukkan perbaikan di hampir di seluruh segmen. Per 30 September 2021, Non-Performing Loan (NPL) gross BTN berhasil ditekan menjadi 3,94 persen dari 4,56 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.
Perseroan juga tetap bisa melakukan peningkatan rasio pencadangan. Sebesar 1.410 basis point secara yoy menjadi 125,46 persen pada akhir September tahun ini, dari 111,36 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.
Haru menuturkan, pada kuartal ketiga tahun ini, perseroan berhasil meningkatkan komposisi dana murah atau Current Account and Savings Account/CASA. Dari total DPK yang mengalami kenaikan 6,56 persen yoy menjadi Rp291,26 triliun per September 2021.
Dengan komposisi dana murah mengalami peningkatan menjadi 41,53 persen dari 36,96 persen di periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun giro dan tabungan mengalami pertumbuhan sebesar masing-masing 16,81 persen dan 24,55 persen yoy.
“Komposisi CASA yang meningkat tersebut membuat perseroan berhasil menekan turun cost of fund sebesar 170 bps secara tahunan dari 4.98 persen menjadi 3.28 persen di September 2021,” katanya.
Sedangkan, kenaikan kredit dan DPK yang cukup signifikan tersebut juga ikut mendongkrak aset BTN sebesar 3,10 persen. Menjadi Rp368,05 triliun per 30 September 2021.
“Dari dana PEN yang ditempatkan Pemerintah sebesar Rp35 triliun, BTN sudah menyalurkan dalam bentuk kredit termasuk KPR Subsidi, KPR Non-Subsidi, kredit ke UMKM, kredit konstruksi, kredit BUMN, dan kredit lainnya senilai total Rp93,44 triliun,” paparnya.
Haru menjelaskan, kinerja positif BTN saat ini juga menandakan keberhasilan transformasi yang dilakukan manajemen seperti sentralisasi proses kredit dan digitalisasi. Transformasi tersebut, menjadi mesin yang cukup kuat untuk memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan bisnis BTN.
“Kami optimistis mampu berperan aktif dalam mendukung program Pembangunan Satu Juta Rumah serta memenuhi tugas utama menyediakan hunian terutama bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dan milenial,” jelas Haru.