Petani Tembakau Khawatir Kenaikan Cukai Rokok Bikin Serapan Turun
- dw
VIVA – DKN Gerbang Tani terus mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2022. Kenaikan tarif CHT ini diklaim akan merugikan jutaan petani tembakau yang menggantungkan hidup pada Industri Hasil Tembakau (IHT).
Sekjen Garda Bangsa Gerbang Tani, Billy Ariez menyampaikan, bahwa kenaikan tarif CHT akan meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya hanya akan berdampak pada terjadinya pengurangan karyawan atau pekerja serta turunnya serapan tembakau petani.
"Karena memang jika cukainya naik, pabrikan pasti menurunkan biaya produksinya dan salah satu item di unit produksi itu kan bahan baku, tentunya para petani yang terkena dampaknya,” katanya dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 17 Oktober 2021.
Baca juga: Direktur Indomaret Jadi Korban Meninggal Kecelakaan Tol Cipularang
Billy menilai petani terus merasa keberatan lantaran kenaikan tarif CHT sudah dilakukan pada 2020 dan sudah sangat tinggi. Adapun pada 2021, pemerintah kembali menaikkan tarif CHT lagi dengan rata-rata kenaikan 12,5 persen meski di tengah masa pandemi COVID-19.
“Kenaikan CHT itu relatif sangat tinggi dan dampaknya sangat besar bagi petani tembakau, belum lagi ditambah situasi perekonomian yang belum pulih karena dampak pandemi COVID-19. Oleh karena itu pemerintah di tahun depan jangan lagi menaikan cukai tersebut,” ungkap Billy.
Gerbang Tani dikatakannya juga mendorong supaya penetapan CHT tidak dilakukan setiap tahunnya dan ada peta jalan penentu rencana CHT tersebut. Sehingga, petani tembakau bisa menyusun memiliki ancang-ancang apabila ada rencana kenaikan tarif CHT tersebut.
"Pendekatan pembahasan ini tidak hanya satu sektoral saja atau tidak hanya Kementerian Keuangan yang mendorong pendapatan negara melainkan juga peduli atas ancaman PHK atas rencana kenaikan CHT ini,” tegas dia.
Di lain pihak, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam YouTubenya juga telah mengungkapkan bahwa petani telah bertanya-tanya pada dirinya perihal dengan kenaikan tarif CHT yang berdampak besar terhadap kehidupan mereka.
“Kata mereka kepada saya. Cukai naik, maka pabrik mengurangi serapan lalu harga ditingkat petani ya langsung bles-ambles," ungkap Ganjar.
Ganjar pun mengakui bahwa para petani tembakau telah menjadi salah satu tumpuan perekonomian negara saat ini. Oleh karena itu, ia berharap supaya petani tembakau itu jangan sampai terdzolimi.
“Sebagai perbandingan saja, ketika di tahun 2020 migas berkontribusi Rp96 triliun pada penerimaan negara, tembakau berkontribusi Rp170an triliun lebih. Pada bulan Agustus kemarin Pemerintah Pusat menargetkan kenaikan cukai pada tahun 2022 jadi 203 triliun,” jelas Ganjar.