Cara Badan Otorita Bangkitkan Lagi Wisata Labuan Bajo dan Flores

Menara pandang dari atas Puncak Waringin, Labuan Bajo.
Sumber :
  • VIVAnews/Dusep Malik

VIVA – Sejak virus Corona melanda dunia, pariwisata di Tanah Air ambruk. Pandemi COVID-19 serentak menghentikan kunjungan wisata ke Labuan Bajo Manggarai Barat sebagai gerbang dan mercusuar pariwisata Flores NTT.

Usai ditetapkan sebagai destinasi Super Premium oleh Presiden Jokowi pada 2017, kunjungan turis mancanegara ke Labuan Bajo naik tajam. Pada 2019 arus kunjungan wisman mencatatkan rekor tertinggi yakni mencapai 224 ribu orang.

Namun sepanjang 2020 kunjungan ke Labuan Bajo turun menjadi 55 ribu itupun didominasi wisatawan domestik. Sejak negara di dunia masing-masing menutup penerbangan internasionalnya membuat Labuan Bajo kehilangan 80 persen kunjungan wisman.

Baca juga: Banjir Bandang Terjang 8 Kelurahan di Sumatera Selatan

Hampir dua tahun hunian hotel di Labuan Bajo sepi, hanya 5 persen saja dari jumlah kamar. Usaha kuliner, gerai kopi serta souvenir bak mati suri. Karyawan hotel dan kantor agen wisata banyak terkena PHK.

Meski lesu akibat pandemi COVID-19 namun Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina optimis, pariwisata Labuan Bajo dan Flores pada umumnya bisa bangkit lagi dengan cara memperbanyak paket wisata alternatif.

“Memang dua tahun cukup berat ya terutama teman-teman pelaku wisata dan ekonomi kreatif dan kami lihat secara data sendiri untuk jumlah kunjungan wisata Labuan Bajo terakhir itu kan sudah mencapai angka 224.000 tahun 2019 tapi di tahun 2020 kita turun lumayan drastis sampai 55.000,” ujar Shana Fatina kepada VIVA. 

Untuk itu, agar tidak jatuh bangkrut Shana mengajak pelaku bisnis harus berani mengubah sasaran market pariwisatanya dari international tourism ke pariwisata MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions). 

Dan, kata dia, di masa pandemi, Labuan Bajo sebagai destinasi ‘Super Premium sangat cocok untuk wisata semacam itu.

“Dalam arti yang biasanya kita mengandalkan wisatawan mancanegara sampai 80 persen porsinya ternyata kebalik, ternyata banyak wisatawan nusantara. Jadi modifikasi ini mengharuskan teman-teman parekraf melakukan adaptasi dan kolaborasi serta inovasi bagaimana yang tadinya melayani wisatawan mancanegara sekarang wisatawan nusantara,” terangnya.

“Jika sebelumnya hanya fokus datang lihat Komodo gitu kan atau wisata bahari nah sekarang di masa pandemi ternyata banyak wisatawan yang mau melakukan kegiatan MICE. Ini peluang juga untuk Labuan Bajo dan Flores tentunya,” ujar Shana.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan selama Indonesia masih fokus pada vaksinasi yakni mempersiapkan port wisata yang baru dengan brand terbaru pula.

Artinya, kata Shana ketika wisatawan sudah mulai berdatangan kemudian mereka bisa melihat alternatif yang lain agar mereka bisa tinggal dan mengeksplor Flores lebih lama.

Upaya mengalihkan perhatian wisatawan selama masa pandemi menurut Shana akan menjadi kampanye bersama para stakehokders, pemerintah daerah dan pelaku pariwisata supaya wisatawan tidak menumpuk di Komodo dan wisata bahari namun sebaliknya wisatawan juga diarahkan untuk menikmati Flores overland dengan minat yang berbeda-beda.

“Tujuan kita adalah tidak hanya wisata ini bersenang-senang tetapi kita ingin wisatawan datang dia pulang mendapatkan sesuatu itu dari inspirasi kemudian dia dapat belajar dari kearifan lokal yang ada kemudian dia melihat kehidupan di sini seperti apa sehingga lebih banyak kedepannya nanti kita akan bangun pariwisata ini di kantong-kantong di pelosok-pelosok yang ada di di Flores,” ungkap Shana.

Dia pun berharap, pasca pandemi nanti Bandara Komodo bisa dibuka untuk penerbangan internasional.

“Sebagai bandara internasional ya itu salah satu kantong yang besar yang coba untuk buka kemudian nanti kita akan distribusikan wisatawannya tidak menumpuk di Labuan Bajo tapi terdistribusi ke seluruh daratan Flores,” ujar Shana.

Laporan Kontributor tvOne: Jo Kenaru/ Manggarai-NTT