Erick Thohir: Tidak Mungkin Pangan Kita Tergantung Impor
- VIVA/Cahyo Edi
VIVA – Menteri BUMN Erick Thohir mendatangi Peace Village Yogyakarta yang berada di Dusun Taraman, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Selasa, 31 Agustus 2021. Dalam kunjungannya ini, Erick disambut langsung oleh pemilik Peace Village, Zanubah Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid, putri mendiang mantan presiden Abdurrahman Wahid.
Erick dan Yenny sempat membahas tentang ketahanan pangan Indonesia, di antaranya masalah impor daging. Peace Village sebagai inkubator peningkatan kapabilitas masyarakat desa, katanya, bisa lebih memanfaatkan potensi petani hingga peternak lokal sehingga tidak mengandalkan impor untuk memenuhi pangan di Indonesia.
"Kita tidak mungkin, dengan negara yang penduduk 270 juta, pangan kita tergantung impor—apakah di gula, di daging, dan lain-lainnya. Kita harus bisa punya roadmap jangka panjang swasembada dan salah satunya, saya rasa, daging," ujarnya.
Erick sudah mencicipi daging sapi lokal hasil peternakan Peace Village yang, menurutnya, rasanya sangat bersaing dengan sapi impor. Berdasarkan itu, dia menilai, sekarang tinggal keberpihakan pemerintah untuk mendukung dan mengembangkan peternakan sapi lokal.
Mengenai dengan Peace Village, Erick berharap agar program yang telah dikembangkan di 30 lokasi dan tersebar di berbagai daerah ini bisa bersinergi dengan pemerintah, utamanya Kementerian BUMN. Lewat Peace Village, Erick menyebut pemerintah bisa turut membantu masyarakat dalam menaikkan keterampilan para peternak.
"Ini sebuah kehormatan buat saya diundang ke Peace Village. Mbak Yenny ini memang figur yang spesial. Kita lihat Peace Village ini, sesuatu tadi yang disampaikan Mbak Yenny, ini (Peace Village) sebagai inkubator bagaimana penduduk desa kita tingkatkan kapabilitasnya—apakah di kesenian, apakah di ekonomi atau di pendidikan. Ini luar biasa," kata Erick.
Dia mengusulkan agar Peace Village bersinergi dengan Perhutani yang memiliki hutan sosial. Dia berharap, dengan memanfaatkan hutan sosial, kapasitas para penduduk sekitar, dari segi pendidika, ekonomi, maupun kesenian, dapat ditingkatkan.
Yenny Wahid menjelaskan bahwa Peace Village adalah sebuah community center atau pusat komunitas masyarakat. Peace Village bisa menjadi tempat inkubasi bagi banyak kegiatan di masyarakat.
"Tempat ini (Peace Village) juga untuk membantu masyarakat agar bisa lebih berkembang, bisa mengakses banyak hal, mulai dari soal ekonomi, dan di sini ada fasilitas kegiatan budaya, seni, lalu juga untuk anak-anak ada tempat edukasi, dan lain sebagainya," katanya.
Yenny menyebut bahwa kehadiran mantan Presiden Inter Milan itu sebagai bentuk perhatian langsung kepada masyarakat. "Saya tahu bahwa beliau punya komitmen yang sangat besar untuk menggaungkan kemandirian ekonomi, dan kita harapkan bisa lewat local beef—itu salah satunya," katanya.