Transaksi RI dengan Malaysia dan Jepang Perlahan Tinggalkan Dolar AS

Mata uang dolar AS (foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, transaksi antara Indonesia dengan Malaysia dan Jepang semakin banyak menggunakan mata uang lokal masing-masing negara atau secara perlahan melepas ketergantungan terhadap dolar AS. Ini terjadi akibat adanya kesepakatan Local Currency Settlement (LCS).

LCS adalah penyelesaian transaksi perdagangan antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yuridiksi wilayah negara masing-masing.

Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan, khusus Indonesia dan Malaysia, dari tahun ke tahunnya porsi LCS terhadap perdagangan kedua negara meningkat, dari 2018 sebesar 1,4 persen menjadi 4,1 persen pada 2020.

"Di tahun 2020 sudah lebih dari 4 persen dari total perdagangan kita dengan Malaysia, sudah 3 kali lipat dari posisi awal kita 2018 sebesar 1,4 persen,” kata dia saat konferensi pers, Jumat, 6 Agustus 2021.

Baca juga: Cadangan Devisa Indonesia Naik Lagi, Ini Dampaknya Bagi Ekonomi

Di sisi lain, Doddy mengungkapkan, penggunaan rupiah-yen juga sangat menjanjikan dalam transaksi Indonesia-Jepang. Dia menilai ada lonjakan transaksi perdagangan antar kedua negara menggunakan mata uang tersebut meski baru dilaksanakan September 2020.

Pada periode September-Desember 2020, rasio penggunaan rupiah-yen terhadap total perdagangan Indonesia dan Jepang baru tercatat 0,1 persen. Namun, pada periode Januari-Mei 2021 telah meningkat signifikan menjadi 3,4 persen.

"Kita akui angkanya masih kecil dari total perdagangan, tetapi trennya positif dan dengan berbagai langkah penguatan yang dilakukan, kita optimisme ini akan terus meningkat,” ujar Doddy.

Dengan meningkatnya penggunaan transaksi mata uang lokal antar negara ini, maka penggunaan dolar bisa diminimalisir. Sebab, tujuan LCS dikatakannya untuk mengurangi ketergantungan transaksi yang tinggi terhadap dolar Amerika Serikat.

Dengan berkurangnya ketergantungan terhadap dolar AS, maka volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa mereda dan mengurangi dampak negatif terhadap stabilitas harga atau inflasi dan kemampuan pelaku usaha dalam menjalankan berbagai transaksi dengan pihak luar negeri.

"Bank Indonesia terus mengupayakan peningkatan penggunaan mata uang non dolar AS dalam transaksi perdagangan dan investasi dengan luar negeri," papar Doddy.