Kisah Santosa Doellah Bangun Batik Danar Hadi dari Mori Hadiah Nikah
- http://www.dansapar.com
VIVA – Industri batik nasional berduka. Pemilik Batik Danar Hadi, Santosa Doellah, meninggal dunia pada Senin malam, 2 Agustus 2021,di Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru, Sukoharjo, ketika sedang berjuang melawan COVID-19.
Santosa yang merupakan Presiden Direktur PT Batik Danar Hadi, bukanlah pengusaha biasa. Dia adalah seorang maestro batik yang telah berkontribusi besar dan konsisten menggaungkan kain khas asli Indonesia itu hingga mendunia.
Hal tersebut terbukti dengan tetap eksisnya Batik Danar Hadi hingga lebih dari lima dekade terakhir. Karena itu, banyak kisah Santosa dalam menjalankan bisnisnya yang menarik dan menjadi inspirasi.
Salah satunya, perjuangannya mendirikan kantor pertama Batik Danar Hadi berbekal sebuah kain mori hadiah pernikahannya dengan sang istri, Danarsih Hadipriyono.
Dikutip dari danarhadibatik, Selasa 3 Agustus 2021, Batik Danar Hadi didirikan oleh Santosa dan Danarsih pada tahun 1967. Seperti kebanyakan perusahaan keluarga lainnya, bisnis ini merupakan gabungan antara warisan dan hak penerus. Keduanya pun diketahui merupakan keturunan pengusaha batik.
Kakek Santosa, R H Wongsidinomo, adalah pendiri dan pemilik WS Batik di Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang dokter dan ia dibesarkan oleh kakek-neneknya. Sementara itu, Danarsih adalah anak perempuan dari perajin dan produsen batik yang sukses, H Hadipriyono.
Baca juga: PPKM Lanjut, Luhut Sebut Kegiatan Ekonomi Dibuka Bertahap September
Setelah mendapat gelar sarjana ekonomi di tahun 1967, Santosa menikahi Danarsih dan keduanya mendirikan sebuah perusahaan yang dinamakan sesuai penggalan dari nama istri.
Pasangan tersebut mengubah rumahnya menjadi kantor dan sanggar batik pertama Danar Hadi, kemudian mereka baru menambahkan toko. Produksi awal pun menggunakan mori atau kain tenun yang digunakan dalam pembuatan batik, yang mereka dapat sebagai hadiah pernikahan.
Di awal-awal produksi, mereka bekerja dari rumah sambil membesarkan keempat anaknya. Santosa memegang peran mendesain batik, sedangkan Danarsih lebih menguasai desain garmen dan produksi secara massal.
Pada 1975 menjadi masuk babak baru pengembangan Batik Danar Hadi. Mereka akhirnya membuka sebuah toko kecil di Jakarta. Kemudian seiring dengan waktu produk batik yang dijual telah memiliki pasar yang tumbuh tiap tahunnya.
Toko Danar Hadi pun berkembang hingga ke kota-kota besar di Indonesia seperti Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. Bahkan, Danar Hadi sering berkolaborasi dengan desainer ternama Indonesia untuk menciptakan koleksi yang baru dan segar.
Kini, Danar Hadi telah menjadi raksasa bisnis dan jadi salah satu dari tiga besar industri batik di Indonesia. Banyak penyesuaian yang dilakukan untuk dapat memadukan idealisme dengan manajemen modern saat ini. Namun, Danar Hadi sangat siap untuk menghadapi tantangan masa depan dengan tetap berpegang teguh pada akar tradisional.