BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan, Rupiah Menguat

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada perdagangan hari ini, Kamis, 22 Juli 2021. Rupiah bergerak di kisaran bawah Rp14.520 jelang pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia.

Di pasar spot, hingga pukul 09.40 WIB, rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.512 per dolar AS. Level tersebut menguat hingga 0,21 persen dari penutupan perdagangan hari sebelumnya di level Rp14.542.

Baca juga: IHSG Bergerak Menghijau, Intip Rekomendasi Saham Hari Ini

Sementara itu, data terakhir kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menetapkan nilai tengah rupiah di level Rp14.554 per dolar AS. Melemah dari nilai tengah hari sebelumnya Rp14.524.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini ditopang oleh sentimen positif pelaku pasar keuangan terhadap kemungkinan BI tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah.

"Hari ini BI diperkirakan masih akan tetap mempertahankan suku bunga BI7DRR (BI-7 day reverse repo rate) pada 3,5 persen," kata Andry.

Selaim itu, BI dikatakannya juga diperkirakan akan terus melakukan kebijakan moneter yang akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dari dampak Pandemi COVID-19 yang masih terus menyebar.

"Pelemahan kemarin lebih disebabkan oleh oleh sentiment risk off global terkait kekhawatiran akan gelombang baru Pandemi COVID-19. Secara teknikal, pada perdagangan hari ini kami memperkirakan Rupiah terhadap USD diprediksi berada pada interval Rp14.511 – 14.564," tuturnya.

Sentimen terhadap pasar domestik, dikatakannya, juga terus membaik didukung oleh penjualan alat berat dalam negeri yang diperkirakan tumbuh 330,2 persen pada Mei 2021 atau mencapai 759 unit berdasarkan penjualan United Tractors.

"Hal ini didorong oleh meningkatnya aktivitas produksi pertambangan karena kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan nikel, yang membutuhkan peran alat berat," ujar Andry.