Revitalisasi Pabrik, PT Pupuk Indonesia Siapkan Rp9,64 Triliun
- istimewa
VIVA – PT Pupuk Indonesia menyiapkan investasi sebesar US$670 juta atau setara Rp9,64 triliun (kurs Rp14.400/US$) untuk proyek revitalisasi pembangunan pabrik pupuk Pusri IIIB di Palembang. Revitalisasi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar 907 ribu ton per tahun untuk pupuk urea dan 445 ribu ton per tahun untuk amonia.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan revitalisasi pabrik Pusri IIIB dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi penggunaan gas dalam proses produksi yang berpengaruh ke nilai ekonominya.
Menurut dia, dengan adanya revitalisasi dengan tujuan efisiensi ini, Bakir menargetkan holding Pupuk Indonesia bisa meningkatkan penjualan produk tidak hanya produk subsidi, melainkan pupuk komersil yang bisa diekspor.
"Kalau mengacu pada tender-tender sebelumnya dengan kapasitas yang sama, proyek mencapai US$500 juta, tapi dengan akan adanya cost lain seperti financing cost dan lain-lain jadi kita anggarkan sampai US$670 juta," kata Bakir di Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis 24 Juni 2021.
Bakir menyebut pendanaan investasi tersebut rencananya dipenuhi melalui pembiayaan secara mandiri dan pinjaman bank. Proyek tersebut rencananya akan dimulai konstruksinya pada Maret 2022 dan rampung pada Juni 2025.
Sementara itu, lanjut Bakir terkait suplai gas PT Pupuk Sriwidjaja Palembang sudah menandatangani beberapa MoU berdasarkan rekomendasi dari SKK Migas. Kebutuhan gas untuk pabrik baru ini sendiri mencapai 71 BBTUD (Billion British Thermal Unit Per Day).
"Sudah dilakukan penandatanganan MoU agar security supply gasnya selama 20 tahun terjamin dan ini juga didukung oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas. Pada 17 Juni 2021 kita sudah tandatangani MoU dengan Petrochina Jabung dan Repsol Sakakemang," ujar Bakir.
Saat ini Pupuk Indonesia tengah menunggu alokasi dan penetapan harga gas dari Kementerian ESDM yang diharapkan pada Juli sudah diputuskan. Selanjutnya diharapkan penandatanganan jual beli gas bisa dilakukan di Desember 2021.
"Sehingga saya rasa masalah soal gas itu bisa resolved. Ini masih sesuai jadwal dan pendanaan," ucapnya.
Kendati demikian, Bakir menyampaikan saat ini terdapat kendala terkait dengan masalah pada pendangkalan Sungai Musi yang menyulitkan pengangkutan pupuk dan amonia dengan kapal.
Dalam catatan Pupuk Indonesia, kondisi Sungai Musi saat ini terjadi pendangkalan di lima titik, dengan laju pendangkalan sekitar 0,6 meter per tahun. Kedalaman pada saat surut sekitar 4 meter, sementara pada saat pasang kedalaman mencapai 6-7 meter.
Hal tersebut berdampak pada proses pengapalan urea yang hanya bisa mengangkut sekitar 6.000 sampai 7.000 ton per hari dari kebutuhan 11.000 ton per hari.
Ukuran kapal yang bisa melalui Sungai Musi pun saat ini hanya bisa untuk kapasitas 6.000-8.000 DWT, masih jauh dari kebutuhan ideal. Dengan kondisi seperti saat ini, sangat berpengaruh pada efisiensi dan tidak ekonomis.
"Diperlukan perbaikan alur Sungai Musi dalam rangka memperbaiki kinerja shipping out. Kami sudah bertemu dengan Gubernur, disampaikan bahwa ini adalah anggaran pemerintah pusat, bukan pemerintah provinsi. Sehingga dari itu tidak bisa provinsi melakukan pendalaman. Nah ini juga menjadi kendala," ujarnya. (Ant)