Giant Tutup Juli 2021, Fitch Ungkap Potensi Persaingan Hypermarket

Supermarket Giant tutup
Sumber :
  • Twitter @bapuuukk

VIVA – PT Fitch Ratings Indonesia mengungkapkan, penutupan Giant sebagai salah satu ritel milik PT Hero Supermarket Tbk pada Juli 2021 tak akan memberikan keuntungan persaingan terhadap operator hypermarket lainnya di Indonesia.

Direktur Fitch Ratings Indonesia Olly Prayudi menjelaskan, operator hypermart seperti Matahari, Hypermart, Transmart hingga Careefour masih akan menghadapi persaingan ketat dari format minimarket yang lebih kecil dan pengecer kelontong tradisional meskipun persaingan dari hypermarket menurun.

"Karena hypermarket secara bertahap kehilangan daya tarik mereknya bagi konsumen Indonesia," kata dia dikutip dari analisisnya, Kamis, 3 Mei 2021.

Hypermart sendiri dikatakannya memiliki sekitar 90 toko pada akhir 2020, turun dari lebih dari 100 toko pada akhir 2019. Sementara itu, Giant memiliki 75 gerai, terdiri dari Giant Ekstra dengan format besar dan Giant Ekspres dengan format lebih kecil, setelah menutup 25 gerai sejak 2019.

Olly mengatakan, pasar ritel grosir Indonesia didominasi oleh format minimarket seperti Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) dan PT Indomarco Prismatama (Indomart), dengan masing-masing lebih dari 15.000 toko di seluruh Indonesia.  

Alfamart menambah lebih dari 1.000 toko sementara Indomaret menambah 700 toko selama 2020. Adapun para pelaku hypermarket menurutnya malah tengah berjuang untuk mempertahankan kehadiran toko mereka di pasar Indonesia.

"Keunggulan kompetitif minimarket dalam hal daya tawar yang kuat dengan pemasok dan kedekatan dengan pembeli akan menyulitkan operator hypermarket untuk memperluas kehadirannya, meskipun persaingan di ruang hypermarket berkurang," tegas dia.

Kinerja keuangan hypermarket yang sedang lesu juga menurut Olly semakin mempersulit persaingan dengan minimarket. Hero sendiri terus mengalami kerugian operasional di tengah pendapatan yang turun 16 persen yoy menjadi Rp1,7 triliun pada kuartal I-2021 dari Rp2,6 triliun pada kuartal I-2020.  

"Hypermart milik Matahari juga akan mengalami kesulitan untuk memperluas gerainya secara signifikan, karena pendapatannya menurun sebesar 22 persen selama 2020 dan terus mengalami kerugian operasional," ungkapnya.

Di sisi lain, Olly memperkirakan Alfamart akan terus membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 5 persen pada 2021 sambil mempertahankan marjin EBITDA yang stabil di sekitar 6 persen. Ini didukung oleh kombinasi ekspansi toko dan pemulihan pertumbuhan penjualan toko.

Proposisi bisnis hypermarket dalam hal area toko yang lebih besar juga menghasilkan biaya operasi yang lebih tinggi dalam hal sewa dan tenaga kerja untuk dijalankan dibandingkan dengan minimarket.  

"Sebagai perbandingan, beban gaji Hero menyumbang sekitar 10-13 persen dari total pendapatan sepanjang 2019-2020 sedangkan beban serupa hanya menyumbang 8-9 persen dari total pendapatan Alfamart," ujar dia.

Fitc, menurut Olly, percaya bahwa pemulihan lalu lintas toko seiring meredanya pandemi COVID-19 juga akan lebih menguntungkan format yang lebih kecil daripada format besar. Belanja bahan makanan di sekitar lingkungan tempat tinggal cenderung memakan biaya transaksi yang lebih rendah bagi konsumen.