Arcandra Tahar Tegaskan PGN Akan Fokus ke Efisiensi Proyek
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA – Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar menyatakan bahwa PGN akan fokus pada efisiensi dan return of investment atau laba investasi. Di tengah pandemi COVID-19, PGN dinilai juga diharuskan mengambil inisiatif dan berbagai terobosan agar mampu menjalankan peran strategisnya. Secara bisnis, saat ini PGN harus terus mendorong berbagai kebijakan efisiensi.
"Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil mampu dijalankan secara maksimal dan memberikan keuntungan bisnis yang optimal kepada perusahaan secara berkelanjutan," kata Arcandra melalui keterangan tertulis, Kamis, 3 Mei 2021.
PGN sebagai subholding migas, lanjut dia, juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Oleh karena itu kepastian adanya pasokan gas, terbangunnya infrastruktur gas dan meningkatnya permintaan gas, yang tercermin dari laju peningkatan pengguna gas di pasar domestik harus menjadi objektif utama perusahaan.
Terkait efisiensi, Arcandra mencontohkan, apa yang dilakukan di proyek pipa minyak Rokan sepanjang sekitar 360 km. Proyek tersebut dialihkan ke Pertagas dan PGN dengan Capital Expenditure (capex) yang diajukan sebesar US$450 juta. Setelah dikaji ulang, akhirnya proyek tersebut dapat berjalan dengan capex US$300 juta. Sehingga ada efisiensi US$150 juta atau sekitar Rp2 triliun.
Menurut Arcandra, ruang efisiensi itu termasuk di dalamnya adalah teknologi, cara pengerjaan dan juga cara mengelola proyek tersebut. "Jadi tiga aspek utama efisiensi itu adalah teknologi, sumber daya manusia dan bisnis proses yang dibuat secara efisien," ujarnya.
Perseroan, lanjut Arcandra, juga berupaya melakukan berbagai perbaikan lain diantaranya terkait dengan key performance indicator (KPI) dari kinerja pegawai dan direksi.
Jika sebelumnya KPI di PGN dihitung berdasarkan berapa banyak investasi yang dilakukan, maka KPI saat ini didasarkan atas berapa banyak return yang dihasilkan dari sebuah investasi. Jadi tidak lagi berorientasi pada jumlah investasinya.
"Investasi merupakan tantangan di industri migas. Namun yang penting dipahami dan harus dilakukan adalah seberapa besar investasi yang dilakukan itu mampu memberikan profit bagi perusahaan. Menurut hemat kami itu akan menjadi kunci bagi BUMN seperti PGN bisa berkembang dengan baik," lanjutnya.
Arcandra mengakui bahwa tidak mudah untuk mengubah mindset dari sisi sumber daya manusia. Jika sebelumnya melihat investasi dari jumlahnya yang sebanyak mungkin menjadi berapa banyak return investasi untuk perusahaan.
Untuk mengubah mindset itu, pihaknya berusaha memberikan pengertian dan training kepada seluruh pegawai dan manajemen di PGN. Bahwa dalam mengelola sebuah korporasi profit itu penting dan inilah yang menjadi kunci tumbuhnya sebuah perusahaan.
"Kami juga memberikan pengertian kepada stakeholder. Bahwa sebaiknya KPI yang diukur di PGN bukan pada jumlah investasinya, tetapi pada return yang harus diperoleh dari sebuah investasi. Di industri migas rata-rata internal rate return dari sebuah investasi itu minimal sekitar 15 persen," imbuhnya.
Arcandra menegaskan bahwa profitabilitas penting untuk menjaga keberlangsungan usaha PGN kedepan. Karena itu laporan keuangan menjadi sangat krusial. Jika laporan keuangannya negatif tentunya juga akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan.
"Kami di PGN berusaha agar kinerja keuangan terus membaik, sehingga ketika perusahaan membutuhkan pendanaan dari luar bisa mendapatkan yield yang kompetitif. Berbagai hal tersebut menjadi konsen utama PGN agar perusahaan dapat tumbuh secara wajar sesuai harapan pemerintah dan pemegang saham lainnya," tegasnya.
Pada kuartal I 2021, PGN membukukan pendapatan sebesar US$733,15 juta. Sementara laba bersih yang dapat distribusikan ke pemilik entitas induk mencapai US$61,5 juta atau Rp870 miliar (kurs IDR/US$: Rp14.147). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan periode sama pada kuartal I 2020 sebesar US$47,7 juta. (dum)