Seribuan Pekerja Migran di Jateng Tak Bisa Balik Kerja Gegara Mudik

Pekerja migran ikut BLK di Jateng.
Sumber :
  • Teguh Joko Sutrisno/ VIVA.

VIVA – Angka kasus COVID-19 di Indonesia yang belum juga ada penurunan secara signifikan berdampak pada pekerja migran. Di Jawa Tengah misalnya, ribuan pekerja migran yang mudik, masih belum bisa balik ke negara tempat mereka bekerja.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah, Sakina Rosellasari mengungkapkan, hal ini sebagai imbas dari negara-negara tujuan yang memberlakukan regulasi ketat untuk bisa masuk ke negara mereka. Pekerja migran sulit mendapat akses bekerja di negara tujuan yang memberlakukan syarat protokol kesehatan ketat, terutama di wilayah Asia Timur.

"Dihitung per 16 Mei 2021 pekerja migran asal Jateng mudik via Bandara Soetta itu ada 1.355 orang. Kemudian yang dari Juanda itu ada 534 orang. Jadi kalau ditotal ada 1.800-an pekerja migran asal Jateng yang saat ini pulang dan saat ini tinggal di daerahnya masing-masing," kata Sakina dalam diskusi bertajuk 'Nasib Calon Pekerja Migran di Masa Pandemi', Semarang, dikutip Kamis, 27 Mei 2021.

Ia menambahkan, jika dikalkulasi dengan jumlah tenaga migran asal Jateng yang sudah selesai kontraknya yang jumlahnya sekitar 11 ribu, maka yang pulang ada 16 persen. Yang 84 persen saat ini masih berada di negara tempat mereka bekerja.

Baca juga: Kepala BKN Buka-bukaan Soal Sebut Ada 97 Ribu PNS Fiktif Terima Gaji

"Masalahnya itu, yang 11 ribu ini banyak yang sudah overstay. Kemudian mereka memilih tidak pulang lalu memperpanjang kontrak atau yang lainnya. Karena para pekerja tersebut khawatir jika mudik ke Indonesia mereka tidak bisa balik lagi ke negara tujuan bekerja karena situasi pendemi," jelas Sakina.

Untuk para pekerja migran yang sudah mudik ke Jateng, lanjut Sakina, pihaknya membuat pelatihan kewirausahaan untuk para pekerja migran yang yang tertunda keberangkatannya tersebut, sebagai alternatif untuk mencari nafkah.

"Dengan begitu, mereka bisa kembali bekerja dan berkarya. Malahan ini bisa menjadi cara untuk meningkatkan kualitas produksi lokal khas daerah masing-masing pekerja migran,” ungkapnya.

Laporan Teguh Joko Sutrisno