Keyakinan Konsumen April 2021 Naik Tajam, Ini Deretan Penyebabnya
- VIVA/Dusep Malik
VIVA – Bank Indonesia melaporkan bahwa berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia pada April 2021, terdapat indikasi bahwa keyakinan konsumen mulai optimis terhadap kondisi ekonomi nasional.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menjelaskan, hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2021 sebesar 101,5, yang berarti masuk ke zona optimis dengan indeks di atas 100.
"Atau meningkat dibandingkan 93,4 pada bulan Maret 2021," kata Erwin dalam siaran persnya, Senin 10 Mei 2021.
Erwin menambahkan, IKK April 2021 juga merupakan angka optimisme pertama kali sejak IKK masuk zona pesimis pada April 2020. Keyakinan konsumen terpantau membaik pada seluruh kategori tingkat pengeluaran responden, pendidikan, dan kelompok usia responden.
Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di seluruh kota yang disurvei (18 kota), di mana yang tertinggi ada di kota Padang diikuti oleh Bandung dan Pangkal Pinang.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen, peningkatan optimisme konsumen pada April 2021 didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Yaitu terhadap aspek ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha yang meningkat, dan penghasilan yang meningkat pada enam bulan yang akan datang.
Kemudian, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini pun terpantau membaik. "Didorong oleh perbaikan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama," ujarnya.
Sementara itu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) April yang di survei Danareksa Research Institute juga mencatatkan kenaikan sebesar 7 persen menjadi 80,1 dibandingkan bulan lalu sebesar 74,9.
Konsumen sepertinya mulai mengurangi kekhawatirannya terhadap pandemi COVID-19, tetap lebih kekhawatir terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sedangkan, kepercayaan konsumen terhadap pemerintah naik tipis 0,3 persen ke level 114,7.
Kepercayaan konsumen yang meningkat terhadap pemerintah tersebut didorong oleh sentimen yang lebih kuat terhadap kemampuan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan masyarakat.