Heboh soal Beras, Komisi IV DPR Soroti Kinerja Bulog
- VIVA/Adi Suparman
VIVA – Heboh soal persediaan beras nasional di Badan Urusan Logistik (Bulog) jelang Ramadan jadi sorotan banyak pihak saat ini. Salah satu Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi yang menilai kinerja Bulog kurang maksimal dalam dua hal.
Pertama, kata Dedi, Bulog kurang memiliki kemampuan menyerap gabah petani di daerah lumbung pangan nasional. Sehingga, secara tidak langsung memuluskan praktik tengkulak.
Hal tersebut jelas merugikan petani. Selain rendah dari sisi harga, tidak jarang para tengkulak tidak semuanya memiliki modal yang cukup untuk langsung melunasi beras yang dibeli dari petani.
Baca juga: Bertemu Menlu Singapura, Sandiaga Finalisasi Dibukanya Pariwisata RI
"Banyak tengkulak yang baru bisa membayar setelah penjualan. Sehingga ada titik waktu banyak para petani kecil yang mengalami kekosongan keuangan karena menunggu hasil gabahnya menjadi beras dan laku di pasar," kata Dedi dikutip dari keterangannya, Kamis 25 Maret 2021.
Dedi melanjutkan, hal kedua Bulog juga ternyata tidak mampu menjual beras. Hal itu bisa dilihat dari masih banyaknya stok lama yang tak bisa keluar.
"Banyak beras lama tak terpakai berarti tak bisa keluar kan, sehingga mengalami kerusakan," kata politisi Golkar ini.
Menurut Dedi, gudang Bulog tidak memiliki teknologi yang memadai untuk menyimpan beras khususnya dalam waktu yang lama. Akibatnya, beras mudah busuk.
"Jadi Bulog itu seperti terperangkap. Beli (gabah) enggak bisa, jual (beras) juga nggak bisa. Bahkan beras sisa impor yang tahun 2018 dan 2019 pun belum terjual. Ini yang menjadi problematika dari sisi pengelolaan," kata Dedi.
Dedi menegaskan, perlu adanya reformasi struktural di Bulog. Sehingga, kinerja yang dilakukan bisa lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan tugasnya yaitu menjaga persedian pangan nasional.